Mat. 9:9-13 (Matius pemungut cukai mengikuti Yesus)

Pendahuluan
Injil Matius[1]
a.      Pengarang
Karangan Injil ini sejak semula terkenal sebagai yang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Matius. Dalam Injilnya terdapat kutipan-kutipan dalam abad pertama, misalnya dalam buku kecil pelajaran agama jang berjudul “Didache”. Dalam surat Bapa Suci Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termasyur Ignatius Martir, Uskup Antiokia.
Atas kesaksian Papias dari Hieropolis, sejal awal abad II M, Injil Matius sudah dihubungkan dengan Rasul Matius yaitu salah seorang dari kedua belas murid Yesus.[2] Matius penulis Injil ini dianggap sama dengan Matius pemungut cukai, yang bertobat lalu mengikuti Yesus[3]. Dalam Injil Markus dan Injil Lukas, Matius pemungut cukai ini disebut Lewi[4].
Berdasarkan isi, susunan dan gaya bahasa Injil Matius ini, sulit dipahami bahwa penulisnya adalah Rasul Matius, yang menjadi saksi mata langsung “tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus”[5]. Sebab dibandingkan dengan versi Injil Markus dan Injil Lukas, versi Injil Matius terkesan lebih bebas. Dan jika benar Injil Matius ditulis pada tahun 75 M, maka tentu Rasul Matius sudah tua sekali. Karena itu, kebanyakan ahli menganggap Injil Matius ditulis bukan oleh Rasul Matius, melainkan oleh seorang Yahudi Kristen yang tahu adat-istiadat Yahudi dan mahir berbahasa Yunani. Berdasarkan Mat 13:52, kemungkinan penulis adalah seorang ahli Taurat, yang di satu pihak setia pada tradisi Yahudi, namun dilain pihak terbuka juga terhadap agama Kristen.[6]

b.      Jemaat yang dituju
Dari isi Injil Matius dapat ditarik paling sedikit tiga kesimpulan mengenai jemaat yang dituju. Pertama, jemaat itu masih memegang teguh adat istiadat Yahudi, khususnya hukum taurat Musa.[7] Kedua, jemaat itu terbuka juga terhadap orang-orang bukan Yahudi.[8] Ketiga, jemaat itu sering bentrok dengan para pemimpin Yahudi, khususnya orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.[9] Berdasarkan ketiga ciri tersebut, kebanyakan ahli menyimpulkan, bahwa jemaat yang dituju Injil Matius adalah jemaat Antiokhia, Siria. Tetapi ada pula yang berpendapat, bahwa jemaat itu adalah jemaat di Kaisarea, Palestina.

c.       Tahun Penulisan
Dalam Injil Matius, diberi kesan bahwa orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat sangat aktif merasul ke mana-mana.[10] Di lain pihak, imam-imam kepala tidak begitu banyak berperan lagi. Hal ini menunjukan, bahwa kemungkinan besar Bait Allah di Yerusalem sudah hancur,[11] sehingga para imam kepala kehilangan peran sebagai petugas Bait Allah. Jadi jika kehancuran Yerusalem terjadi pada tahun 70 M, maka Injil Matius kiranya ditulis sekitar tahun 75-80 M. Pada waktu itu, jemaat-jemaat Kristen di luar Yerusalem sudah mulai sedikit demi sedikit terbentuk[12].

d.      Maksud dan Tujuan
Tujuan khusus pula, dan boleh dikatakan yang utama dalam seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa “Yesus dari Nazaret” benar-benar Mesias yang dinubuatkan sifat-sifat dan nasibnya dalam nubuat-nubuat para nabi. Ia membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Suci sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banyak kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk meyakinkan dan menginsyafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannya dan menambahkan hatinya terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanya yang belum percaya. Tetapi disamping itu Matius mengharapkan lagi dengan tulisannya dapat meyakinkan orang-orang baik yang belum sampai percaya dan bertobat pula, ataupun calon-calon yang masih belajar. Dengan singkat Injil Matius ditulis untuk memperteguh dan memperdalam iman jemaat Kristen yang baru mulai tumbuh di daerah diaspora, khususnya di Antiokhia.[13] Supaya jemaat Kristen tampil beda dengan jemaat Yahudi, Injil Matius menampilkan Yesus sebagai tokoh pengganti Musa.[14] Berbeda dengan orang-orang Yahudi yang hidup menurut Taurat Musa, orang-orang Kristen harus hidup menurut ajaran Yesus[15]


Delimitasi (Pembatasan) Teks
Untuk mempertanggungjawabkan sebuah teks, alangkah baiknya kalau kita mengetahui terlebih dahulu keseluruhan Injil Matius. Ada beberapa ahli yang mengemukakan hal ini, tetapi kita mengambil teori menurut Daniel J. Harrington, SJ.
Menurut Harrington, Injil Matius terbagi atas beberapa bagian yaitu:
Bab : Ayat
Tema
1:1-2:23
Kisah masa kanak-kanak Yesus
3:1-4:25
Permulaan karya Yesus
5:1-7:29
Khotbah di bukit
8:1-9:38
Mukjizat-mukjizat Yesus
10:1-42
Wejangan perutusan
11:1-12:50
Penting-Nya Yesus dan penolakan terhadap-Nya
13:1-53
Perumpamaan mengenai Kerajaan Allah
13:54-16:4
Mukjizat dan pertentangan
16:5-17:27
Jalan menuju salib
18:1-35
Wejangan kepada jemaat
19:1-23:39
Pertentangan semakin menajam
24-25:46
Kedatangan Kerajaan
26:1-28:20
Wafat dan kebangkitan Yesus

Alasan mengapa Harrington membagi Injil Matius ini dalam tiga belas bagian ini yaitu dengan berangkat dari temuan-temuannya dalam mempelajari Injil Matius yang menyatakan bahwa Matius sangat tertarik kepada ajaran-ajaran Yesus yang dijelaskan panjang lebar dalam injilnya.[16] Atas dasar inilah, Harrington membagi Injil Matius dalam beberapa bagian.
Dengan tabel ini terlihat jelas bahwa perikop Mat 9:9-13 termasuk dalam bagian ke empat yang termasuk dalam mukjizat-mukjizat Yesus. Lewat tabel ini juga dapat dikatakan perikop Mat 9:9-13 berada ditengah. Jadi otomatis terdapat ayat yang sudah mendahului dan menyusuli dari perikop ini.
a.      Awal perikop
Mengapa ayat 9 dijadikan awal dalam perikop ini?
Pertama, bila dilihat dari perikop sebelum yaitu Mat 9:1-8 (Seorang lumpuh disembuhkan), dapat dikatakan bahwa perikop ini berdiri sendiri atau tidak berkaitan dengan perikop sebelum. Maksudnya yaitu kisah seorang lumpuh disembuhkan itu merupakan peristiwa yang mendahului sebelum Yesus memanggil Matius.[17] Dalam kisah seorang lumpuh disembuhkan yang menjadi tokohnya adalah Yesus, orang lumpuh dan orang banyak sedangkan dalam kisah Yesus memanggil Matius yang menjadi tokohnya adalah Yesus dan Matius. Kedua, penggunaan kata setelah. Dengan jelas penggunaan kata ini menandakan aktivitas pada kisah sebelum telah selesai dan merupakan awal untuk babakan berikut.
b.      Akhir perikop
Ayat 13 :
Mengapa sampai ayat 13 dikatakan akhir dari perikop ini?
Pertama, dalam ayat 12-13, Yesus memberikan tiga penegasan.[18] Dengan penegasan Yesus tersebut ayat 13 menjadi akhir dari perikop ini. Kedua, ayat 14 diawali dengan kata kemudian. Kata kemudian sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai kata penghubung. Jadi otomatis memberikan pemahaman bahwa telah terjadi babakan baru.

Berikut ini adalah frase-frase yang digunakan dalam Injil Matius, Markus dan Lukas;
Kata ganti orang;
Kata ganti orang
Injil Matius
Injil Markus
Injil Lukas
Yesus
265x
222x
270x
Pemungut cukai
8x
2x
11x
Farisi
30x
11x
26x
Murid-murid
68x
50x
38x
Orang berdosa
5x
4x
18x
Orang sehat
1x
1x
1x
Orang sakit
2x
6x
7x
Tabib
1x
2x
2x
Orang benar
9x
1x
5x

Kata kerja;
Kata kerja
Injil Matius
Injil Markus
Injil Lukas
Pergi
84x
48x
81x
Melihat
70x
50x
77x
Duduk
31x
27x
38x
Berkata
229x
129x
245x
Mengikut
26x
17x
18x
Makan
39x
28x
58x
Memerlukan
3x
2x
6x
Memanggil
15x
16x
14x

Kata keterangan;
Kata keterangan
Injil Matius
Injil Markus
Injil Lukas
Di rumah cukai
1x
1x
1x
Bersama-sama
24x
14x
37x

Frasa dan konjungsi;
Frasa/konjungsi
Injil Matius
Injil Markus
Injil Lukas
Ikutlah Aku
4x
3x
3x
Maka
161x
95x
134x
Berdirilah
2x
3x
6x
Lalu
180x
125x
220x
Kepada
402x
256x
437x
Dengan
138x
131x
193x
Dan
709x
435x
755x
Bukan
33x
18x
26x
Aku datang
7x
1x
5x



Konteks[19] teks
a.      Konteks jauh
      Teks dan konteks dekatnya bisa dan biasanya merupakan komponen-komponen dari suatu unit yang lebih besar.[20]
Perikop Mat 9:9-13 “ Matius pemungut cukai mengikut Yesus” merupakan bagian dari “Pembelaan para murid” dan sebagai unit yang besar adalah konteks dari “Mukjizat-mukjizat Yesus”. Lihat lampiran.[21]

b.      Konteks dekat
            Konteks dekat atau Immediate contexs dari passage adalah atau tempatnya diantara apa yang ada disekitarnya yang merupakan satu kesatuan (unit) literer.[22]






 











Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa yang menjadi konteks dekat dari Mat 9:9-13 adalah Mat 9:1-8 atau Mat 9:14-17.


Divisi (Struktur) Teks
Dalam bukunya, Stefan Leks membagi perikop Mat 9:9-13 menjadi dua bagian yaitu:
1.      Panggilan Matius (9:9)
2.      Acara makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa (9:10-13)
Bagian
Ayat
Perikop
Isi
Panggilan Matius
(ay. 9)
9
Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya, “Ikutlah Aku”. Maka berdirilah Matius lalu mengikuti Dia.
Yesus memanggil
Makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa
(ay. 10-13)
10





11






12



13
Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan dia dan murid-murid-Nya.
Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.
Jadi, pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Yesus makan





Reaksi orang Farisi






Tanggapan Yesus



Ajaran baru

Dengan melihat pembagian perikop di atas, penulis sependapat dengan pembagian tersebut. Hanya saja pada bagian kedua (ay. 10-13), penulis tidak setuju kalau ay. 10-13 dijadikan satu bagian atau berdiri sendiri. Bagi penulis masih perlu dibagi melihat bentuk sastranya merupakan bentuk sastra Kontroversi (debat) - meskipun perikop ini tidak memenuhi semua ciri-ciri bentuk sastra kontroversi - yang memiliki ciri-ciri; a) pertanyaan lawan, b) pertanyaan balik Yesus, c) jawaban Yesus, dan d) penolakan Yesus berdasarkan tuntutan yang diajukan Yesus. Untuk itu penulis membagi perikop ini sebagai berikut:
Bagian
Ayat
Isi

Panggilan Matius


9
Yesus memanggil Matius
Mengikuti Dia
Makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa
10-11
Pertanyaan lawan
12
Jawaban Yesus
13
Penolakan Yesus berdasarkan tuntutan yang diajukan Yesus

















Analisa fisiologis
Bagian
Ayat
Perikop
Isi
(ay.9)
Yesus memanggil Matius
9
Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya, “Ikutlah Aku”. Maka berdirilah Matius lalu mengikuti Dia.
Matius

Pergi dari situ;
Pergi dalam bahasa Yunani parago, yang berarti “berangkat” dan “lewat”. Dan dalam bahasa Indonesia berarti “meninggalkan”, “berangkat” dan “menuju”[23]. Penggunaan kata pergi ini tidak terlalu jelas maksudnya. Tetapi kata pergi ini merupakan aktivitas yang terjadi pada suatu tempat dan berpindah pada tempat yang lain.
Memang dalam Injil Matius, tidak langsung mengatakan bahwa apakah Yesus keluar dari Kapernaum atau apakah Yesus dari Galilea mau menuju ke Kapernaum[24]. Tetapi apabila kita melihat teks yang mendahuluinya ay. 1, ternyata Injil Matius hanya menulis “sampailah Ia ke kota-Nya sendiri”[25] dan ini merupakan kesinambungan dari kegiatan Yesus yang mau melanjutkan perjalanan-Nya.
Dapat disimpulkan, setelah Yesus keluar dari Galilea, Yesus melanjutkan perjalanan-Nya.  dan dalam perjalanan-Nya itu, Yesus bertemu dengan Matius. Pemanggilan Matius ini terjadi di sekitar Kapernaum[26].

Melihat;
Melihat dalam bahasa Yunani, haraÔ, blepÔ, theaomai, theÔreÔ dan koine. Arti dari masing-masing kata dapat ditentukan berdasarkan konteks, yaitu melihat, menangkap, menyadari, mengamati, mengawasi, memandangi, merenungkan dan menjumpai[27]. Aktivitas melihat ini merupakan tindakan Yesus yang sangat penting karena berhubungan dengan karya-Nya. Misalnya Yesus melihat Matius duduk di rumah cukai dan memanggilnya. Melihat di sini tidak hanya sebatas melihat saja, tetapi melihat di sini dapat dikatakan mempunyai peranan yang penting karena disusul dengan kata memanggil, yaitu memanggil Matius.

Bernama Matius;
Mengenai pribadi dan riwayat hidup Matius kita tahu sedikit saja. Satu-satunya peristiwa tentangnya didalam Kitab Suci, ialah peristiwa pemanggilannya. Yang diceritakan olehnya 9:9-13, Mrk 2:13-17 dan Luk 5:27-32. Selain itu hanya menyebut namanya dalam daftar semua rasul. Dalam Injilnya, ia menyebut dirinya Matius sedangkan dalam Markus dan Lukas menyebutnya Lewi[28]. Diduga bahwa nama aslinya Lewi dan sebagai rasul ia disebut Matius[29].
            Dari ketiga cerita tersebut kita ketahui, bahwa bapanya Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Yesus ia seorang pemungut cukai di Kapernaum, sebagai pegawai Herodes Antipas[30]. Dalam daftar nama segala rasul, ia menamakan dirinya, Matius, pemungut cukai. Julukan itu bukan julukan kehormatan, melainkan sebaliknya yaitu pangkat pemungut cukai sangat dipandang hina oleh orang Yahudi yang saleh.

            Duduk di rumah cukai;
            Orang yang “duduk di rumah cukai” adalah “pemungut cukai” (tax collector). Duduk dalam Perjanjian Lama dimengerti sebagai aktivitas duduk di atas sebuah kursi tanpa sandaran. Dan dalam Perjanjian Baru dimengerti posisi berbaring.[31] Rumah cukai adalah sebuah ruangan yang dugunakan untuk melakukan pemungutan bea. Tempat itu amat sederhana.[32] Sesuai dengan fungsi atau kegunaannya, rumah cukai biasanya banyak terletak di pesisir pantai dan pasar.

            Ikutlah Aku;
            Ungkapan Ikutilah Aku searti dengan “Jadilah murid-Ku”. Ungkapan Yesus sendiri maksudnya bukan hanya mengikuti secara fisik dan geografis saja[33] artinya dapat dikatakan tidak hanya mengikuti dari satu sisi saja melainkan mengikuti seluruhnya yaitu apa yang Dia lakukan. Misalnya kisah pemanggilan Petrus dan Andreas[34]. Mereka dipanggil bukan dipanggil begitu saja dengan membawa apa saja yang mereka inginkan tetapi mereka harus meninggalkan pekerjaan dan keluarganya. Dengan kata lain, ungkapan Yesus ini adalah ajakan sekaligus perintah untuk mengikuti-Nya.

            Kesimpulan;
            Dalam perikop  ini ada beberapa pokok yang hendak ditunjukan lewat Pemanggilan Matius. Dengan unsur-unsur yang ditampilkan dalam perikop ini membuktikan bahwa Yesus tidak memilih-milih dalam memberikan tawaran untuk menjadi murid-Nya. satu hal juga yang ditunjukan lewat perikop ini adalah Wahyu dan Iman. Di sini terjadi relasi antara Yesus dan Matius. Di mana Yesus menyatakan Wahyu-Nya lewat pemanggilan Matius dan sebaliknya Matius menanggapinya dengan Imannya.

Bagian
Ayat
Perikop
Isi
Makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa
(ay. 10-11
(Pertanyaan lawan))
10





11
Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan dia dan murid-murid-Nya.
Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus, Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Acara makan bersama




Tanggapan orang Farisi

Kemudian;
Aslinya bukan kemudian, melainkan dan terjadilah. Ini sebuah ungkapan yang khas yang sering muncul dalam Perjanjian Lama versi Yunani/Septuaginta[35] dan ditiru oleh Matius. Dalam Perjanjian Lama ungkapan ini dipakai untuk menyatakan bahwa suatu peristiwa terjadi karena memang sudah dikehendaki oleh Allah. [36] sesuai dengan fungsinya kata kemudian merupakan kata penghubung yang memiliki peran yang sama dengan kata-kata penghubung lainnya yaitu maka, karena, yang dsb. Dengan fungsinya ini, jelas untuk dikatakan bahwa kata kemudian merupakan kesinambungan dengan teks yang mendahuluinya.

Yesus makan;
Secara harafiah, bukan makan melainkan berbaring (dalam acara makan). Di zaman itu para peserta perjamuan setengah berbaring, bukannya duduk dikursi. dapat dikatakan bahwa disini terjadi salah penggunaan kata. Yesus makan di sini dimaksudkan bukan pada kegiatan makan Yesus tetapi cara makan yang dilakukan pada perjamuan.

Di rumah Matius;
Dalam teks aslinya ungkapan ini kabur (di rumah itu), sebab lokasinya tidak jelas : ada ahli yang yakin bahwa rumah itu adalah rumah dari Matius, sebab dalam injil Lukas dikatakan, “Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya”[37] tetapi ada ahli yang mengatakan bahwa perjamuan itu dilaksanakan di rumah Yesus. Sebab dalam injil Matius, Yesus dan murid-murid-Nya menjadi tuan rumah. Jadi masih bingung untuk menentukan apakah makan bersama ini terjadi entah di rumah Matius yang baru saja dipanggil Yesus, atau entah di rumah Yesus sendiri. Hanya saja Kita Suci (terjemahan menurut naskah-naskah Yunani) dalam footnote-nya mengatakan bahwa perjamuan makan tersebut dilaksanakan dalam rumah Matius).

Banyak pemungut cukai dan orang-orang berdosa;
Dalam teks aslinya didahului dengan kata “lihatlah” (Yunani: Idou). Kedua kelompok dalam Kitab Suci tidak dicantumkan mengapa mereka datang (alasan), hanya tiba-tiba saja dikatakan bahwa mereka datang. Mungkin mereka mendengar sabda pengampunan yang diucapkan Yesus waktu meyembuhkan orang lumpuh.[38] Tetapi mungkin saja mereka diundang oleh Matius karena mereka adalah temannya waktu ia menjadi pemungut cukai.
Dengan teks seperti itu, para ahli berpendapat kalau pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang dengan sendirinya. Mereka rupanya mendengar karya Yesus yaitu menyembuhkan orang yang lumpuh. Apalagi teman mereka yang telah menjadi murid-Nya. jadi para pemungut cukai dan orang-orang berdosa tergerak hatinya untuk melihat siapakah gerangan orang ini yang telah mengatakan sabda pengampunan dan telah memanggil Matius (=bertobat).
            Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian bernama Matius, pemungut cukai (tax collector) adalah memiliki kata dasar tax yang berarti “pajak”. Pemungut cukai bukanlah julukan kehormatan, melainkan sebaliknya yaitu pangkat pemungut cukai, yang dipandang hina oleh orang Yahudi yang saleh. Pemungut cukai dipandang berdosa, bahkan pengkhianat, karena bisnis membawa mereka ke dalam kontak dengan orang-orang yang bukan Yahudi.[39] Dengan kata lain, pemungut cukai adalah petugas-petugas  yang diserahi tugas untuk melakukan pungutan bea untuk pemerintah. Tanpa disembunyikan juga, sering kali mereka itu memeras rakyat untuk menguntungkan diri mereka sendiri sehingga mereka disebut bersama dengan orang berdosa (pendosa[40]), misalnya Mat 9:10.

            Makan bersama-sama;
            Dalam Mat 8:11 dikutip kata Yesus begini, “Aku berkata kepada kalian: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakan ke dalam kegelapan yang paling gelap”.
            Di dunia Timur, khususnya di Palestina, perjamuan merupakan saat utama terjadinya persekutuan atau relasi satu dengan yang lain. Dalam bangsa Yahudi kalangan atas dan kaum pria mendapat porsi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, anak dan budak. Misalnya saja dalam soal perjamuan (makan). Para penguasa/yang memiliki jabatan, apabila akan makan harus dilayani dengan sebaik mungkin oleh para pelayan. Kalau perlu disuapi, dipijat dan dikipas. Dan seperti yang dikatakan pada bagian duduk, kalau kegiatan makan tidak duduk seperti duduk yang kita sekarang tetapi duduk dalam arti setengah berbaring.
            Begitu juga kegiatan makan bersama yang dilakukan oleh Yesus bersama pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Perayaan yang diadakan oleh Matius ini adalah perayaan yang meriah. Lihat saja lewat orang yang hadir dalam pesta tersebut. Apalagi yang hadir dalam perayaan itu adalah dapat dikatakan orang kaya (pemungut cukai).

            Orang Farisi;
            Farisi dalam bahasa Yunani “pharisaios”, dari kata aram ”perisyayya” yang berarti yang terpisah. Istilah ini dikenal sejak tahun 135 sM, tetapi diartikan dengan cara yang berbeda-beda: menunjukan orang Yahudi yang memisahkan diri dari Yudas Makabe dan Para Hassidi, ataupun orang yang melalui matiraga keras ‘memisahkan diri’[41] dari dosa, ataupun orang yang terpisah dari orang lain berkat pengetahuan Hukum tentang apa yang baik.[42] Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa orang Farisi adalah orang awam yang berusaha keras untuk hidup sesuai dengan hukum Taurat dan budaya Yahudi.[43] Dalam injil, orang Farisi sering ditampilkan sebagai lawan utama Yesus dan murid-murid-Nya.[44] mereka sering dikecam oleh Yesus sebagai “orang-orang munafik”[45] dan “pemimpin-pemimpin buta”[46], karena mereka sibuk mengajarkan hukum Taurat dan budaya Yahudi, tetapi mereka sendiri tidak mau melakukannya. Tetapi berbeda dengan penampilan dalam injil yang bernada negatif, dalam Kisah Para Rasul orang Farisi ditampilkan sebagai pembela orang-orang Kristen.[47]
            Dalam perikop ini orang Farisi adalah kelompok yang tidak senang dengan apa yang mereka saksikan. Orang Farisi, ahli Taurat adalah kelompok yang diperkenalkan oleh Matius dalam injilnya. Kelompok ini, anti terhadap Yesus. Sehingga mereka membentuk front untuk melawan Yesus.

            Mengapa gurumu makan;
            Pertanyaan ini merupakan reaksi dari orang Farisi yang ditujukan kepada para murid, Mengapa gurumu makan  bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa?.
            Tindakan Yesus yang makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa merupakan sandungan kepada orang-orang Farisi, yang menganggap kesucian ritual dan makan bersama merupakan praktek keagamaan yang penting dengan memberikan tiga penjelasan; a) Orang yang sakit secara rohani membutuhkan Dia; b) memberi kesaksian mengenai besarnya belas kasih Allah; c) Yesus datang untuk memanggil orang-orang berdosa supaya bertobat.[48]
            Matius juga ingin menegaskan bahwa Yesus adalah Guru sejati, sebab ajaran dan tindakan-Nya menyatu dengan diri-Nya.

Kesimpulan;
            Bagian dari perikop ini memberikan beberapa hal yang berguna untuk kita. Pertama, dengan tindakan Yesus yang makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa menggambarkan relasi Yesus. Di mana Yesus dengan mudahnya bergaul bersama mereka. Kedua,  dapat dikatakanlah sikap Yesus ‘berani’ makan bersama dengan mereka yaitu para pemungut cukai dan orang berdosa.
Bagian
Ayat
Perikop
Isi
Makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa
(ay. 12
(Jawaban Yesus))
12
Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.

Yesus berkata

            Bukan orang sehat;
            Yang dimaksud adalah, orang yang sungguh sehat, baik secara fisik maupun rohani. Pernyataan Yesus sendiri ini merupakan batu sandungan untuk orang Farisi yang memberi reaksi atas perjamuan makan yang dilakukan Yesus bersama para pemungut cukai dan orang berdosa. Seperti yang terdapat dalam bagian mengapa gurumu makan, Yesus memberikan tiga penegasan[49]. Dengan kata lain Yesus tidak langsung menyinggung kaum Farisi tetapi secara implisit. Andai saja Yesus mengatakan langsung yang dimaksud-Nya adalah kaum Farisi pasti masalah besar akan muncul.

            Orang sakit;
            Sakit di sini bukan hanya terbatas pada fisik saja tetapi termasuk sakit secara rohani. Khususnya pemungut cukai dan orang berdosa dalam hal ini. Seperti yang Yesus katakan bahwa “bukan orang sehat yang memerlukan tabib[50], tetapi orang sakit”.[51] Sebagai tabib, Yesusmemang menyembuhkan orang-orang sakit. Tetapi juga mengampuni orang. Misalnya orang lumpuh yang disembuhkan Yesus dalam kisah terdahulu.

            Kesimpulan;
            Dalam bagian ini terjadi tanggapan atas tindakan Yesus yang makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa. Dengan melihat tindakan tadi, mereka memberikan pertanyaan kepada para murid untuk mempertanggungjawabkan atas tindakan dari guru mereka. Lewat pertanyaan itu kaum Farisi ingin mencari-cari bahkan ingin meyalahkan Yesus atas tindakan-Nya.
     
Bagian
Ayat
Perikop
Isi
Makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa
(ay. 13
(Penolakan Yesus berdasarkan tuntutan yang diajukan Yesus)
13
Jadi, pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Paradigma/ajaran baru

            Pergilah dan pelajarilah;
            Ungkapan Yesus ini dimaksudkan Yesus untuk mengajak para pendengar-Nya mencoba menangkap makna perbuatan-Nya.
            Menurut Matius, Yesus mengutip teks dari Nabi Hosea[52] yaitu “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan bukan persembahan” . Dalam doa Yesus juga, Yesus berkata “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal engaku, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah memperuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Meraka itu milik-Mu dan Engaku telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”[53].
            Lewat teks ini Yesus hendak menegaskan bahwa perbuatan-Nya ditunutn oleh pengenalan kehendak Allah dan bahwa semua pendengar-Nya juga harus mengenal dan mewujudkankehendak Allah itu dalam hidup sehari-hari. Orang-orang Yahudi mengakui wibawa Kitab Suci, termasuk Nabi Hosea. Maka, mereka tidak dapat mencari dalil apa pun untuk membenarkan diri. Dengan tidak menerima kenyataan bahwa perbuatan Yesus sesuai dengan kehendak Allah, mereka menolak kehendak Allah sendiri.

            Yang kukehendaki ialah belas kasihan;
            Kehendak Allah itu terungkap dalam kata belas kasihan.[54] Mengapa Yesus menghendaki belas kasihan dibanding persembahan? Pertama, ini merupakan salah satu hukum yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Kedua, Yesus menyatakan belas kasihan ilahi itu dalam tindakan-tindakan-Nya, dalam perhatian istimewa terhadap para pendosa. Untuk itulah Yesus menekankan bahwa belas kasihan dibanding persembahan.[55] Dan yang menjadi inti dari ungkapan yang kukehendaki ialah belas kasihan oleh Matius adalah uluran tangan langsung dari Yesus.

            Aku datang bukan untuk memanggil;
            Yesus tidak datang memanggil orang-orang benar, tetapi justru orang-orang berdosa. Di mata orang-orang Farisi Yesus terus-menerus menajiskan diri-Nya karena Ia bergaul akrab dengan para pemungut cukai dan para pendosa. Kedua golongan masyarakat itu dikucilkan dari ibadat dan kurban persembahan. Yesus justru menjungkirbalikan keadaan. Dalam khotbah-Nya dibukit Yesus sudah berkata , “jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu didepan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu”.
            Liturgi, ibadah, persembahan kurban adalah urusan nomor dua. Urutan nomor satu ialah belas kasihan dan rekonsiliasi (tobat). Orang yang memutarbalikan urutan nilai ini, pantas ditegur, “Hai, orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kalian, ‘Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan adalah perintah manusia.’”[56]

            Kesimpulan;

            Dalam bagian ini, Yesus memberikan jawaban atas reaksi dari kaum Farisi tadi. Ketika kaum farisi memberikan pertanyaan kepada murid-Nya mengenai tindakan-Nya, ternyata yesus mendengarnya. Yesus menjawab pertanyaan dari kaum Farisi dengan memberikan paradigma/ajaran baru.


Teologi teks
            Menurut injil Matius, Yesus adalah Anak Allah,[57] Anak Manusia,[58] Kritus atau Mesias,[59] Keturunan Abraham dan Daud,[60] yang sudah lama dinubuatkan oleh para nabi.[61]
Panggilan menjadi murid (Pemungut cukai menjadi penginjil)
            Panggilan Matius merupakan panggilan menjadi Murid. Ada beberapa sebutan yang dipakai, seperti penjala[62], pengikut[63], murid-murid[64], garam[65], terang[66], ahli Taurat[67] dan hamba[68]. Mereka adalah orang yang dipanggil (=tidak ada pendaftaran untuk menjadi seorang murid) atas prakarsa Yesus yang menujukkan kuasa-Nya dalam memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya.
            Tugas dari seorang murid; ada berbagai macam tugas dari murid. Tetapi dapat disebutkan seperti mewartakan injil, mempengaruhi dunia sekelilingnya, mengadakan persekutuan dengan Yesus, mengajarkan ajaran Yesus dan bersembah-sujud serta mengakui Yesus.
            Tuntutan sebagai murid; untuk seorang murid yang dituntut yaitu cara hidupnya sehari-hari. Maksudnya tidak ada hal yang lebih penting selain Yesus sendiri.
            Memang untuk menjadi seorang murid boleh dikatakan susah-susah gampang. Misalnya dengan mudahnya saja kita mengatakan bahwa kita adalah seorang murid tetapi buktinya kita tidak melakukan tugas dan tututan yang merupakan kewajiban dari seorang murid.
            Apabila kita ingin menjadi seorang murid, kita tidak perlu terpaku pada tugas dan tuntutan sperti di atas. Yang perlu dan penting kita lakukan dalam hidup kita sehari-hari yaitu seperti kerendahan hati, kebenaran, jiwa pengampunan, jiwa cinta damai, tidak munafik, jujur, penyerahan diri, tidak menghakimi, sabar, berani, bertanggung-jawab, dan siap siaga. Semua ini dapat dirangkum menjadi tiga keutamaan yaitu kasih, kesempurnaan dan kebenaran.[69]


Lampiran:
                                                                                                                                                                             
Gambar 1


Mat. 9: 9-13
Mrk. 2: 13-17
Luk. 5: 27-32
Ayat
Perikop
Ayat
Perikop
Ayat
Perikop


13
Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka


9
Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
14
Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.
27-28
Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!”Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.
10
Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
15
Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.
29
Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.
11
Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”


16
Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
30
Orang-orang Farisi  dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"

12-13
Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.
Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
17
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
31-32
Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."


Daftar Pustaka

Behm. Theological of Dictionary of The New Testament, Vol. III. edited by Gerhard Friedich.
Michigan: WM.B. Eerdmans Pubilshing Company, 1976.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi-III. Jakarta: Balai
Pustaka, 2003.
Groenen, C. Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Grundmann. Theological Dictionary of The New Testament, Vol. III. edited by Gerhard
Friedich. Michigan: WM.B. Eerdmans Pubilshing Company, 1976.
Harrington, Daniel J. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, editor, Dianne Bergant dan Robert J.
Indjil, terj. Menurut naskah-naskah Yunani. Flores: Percetakan Arnoldus, 1964
Jacobs, Tom. Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru.Yogyakarta: Kanisius, 1982.
Karris, terj. A.S. Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Komisi Kitab Suci Kepausan. Penafsiran Alkitab dalam Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 2003
LAI. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jakarta: LAI, 1997.
LBI dan LAI. Alkitab Elektronika.
 _________ Tafrsir Perjanjian Baru 1 : INJIL MATIUS. Yogyakarta: Kanisius, 1986
Leks, Stefan. Tafsir Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius, 2007.
__________ Yesus Kristus Menurut Keempat Injil, jilid 3. Yogyakarta: Kanisius, 1981.
Leon-Dufor, Xaveir. Ensiklopedi Perjanjian Baru, terj. Stefan Leks dan A.S.
Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Njiolah, Hendrik. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru. Yogyakarta: Pustaka Nusatama, 2005
NN. Tafsir Injil Sinoptik.
Poerwadarminta. W. J. S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Salim, Peter. The Contemporary English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English
Press, 1991.
Smith Moody. The Encyclopedia of Religion, vol. IX (Liv-Nuad), editor by Miracea Elide. New York: Macmillan Publishing Company, 1993.

Suharyo.I. Pengantar Injil Sinoptik. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
________ Mengenal Tulisan Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Suhartono, Martin. Kisah dalam Kasih dan Kasih dalam Kisah (Dialog antara teori naratif
dan narasi Alkitab). Yogyakarta: Puskat, 1999.
Sumarwoto, Robertus. Traktat Pengantar Kitab Suci. Pineleng: STF SP, 2007.
Widen, Wim Van Der dan Suharyo, I. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama. Yogyakarta:
Kanisius, 2004.
Zannoni, Arthur E. Jesus of the Gospel. Jakarta : Obor, 2004











[1] Nama Matius berasal dari bahasa Ibrani “Matthai”, kependekan Matthanaja yang berarti “anugerah Allah “. Menurut kesaksian yang paling tua (Papias, Uskup Hierapolis, yang diterima oleh Ireneus, Klemens dari Alexandria, dkk.) bahwa nama Matius sama dengan Lewi yang terdapat dalam Mrk. 2:14 dan Luk. 5: 27-29, seorang pemungut cukai yang mengikuti Yesus (Mat. 9: 9). Para ahli moderen juga banyak berpendapat bahwa penulisan Injil pertama adalah rasul Matius dengan alasan bahwa daftar rasul pada Mat. 10: 3, nama Matius ditempatkan sesudah Tomas, (dalam Mrk. 3: 18 dan Luk. 6: 15, ditempatkan sebelum Tomas), dan diberi tambahan “pemungut cukai”. Perubahan penggunaan nama ini dilakukan pengarang hanya didasarkan pada kepentingan dan maksud pribadi. Dengan mengesampingkan masalah kata yang ada, para ahli zaman sekarang berpendapat bahwa penulis Injil Matius ini adalah seorang Yahudi-Kristen, mungkin seorang rabi Yahudi yang bertobat menjadi Kristen yang hidup di Siria, yang mana diperkirakan 20% penduduknya adalah orang Yahudi, dan terdapat pula gereja Kristen di sana. Dengan demikian dapat dimengerti Injil ini ditulis untuk kepentingan orang-orang Kristen Yahudi yang hidup di sana, yang ditulis kira-kira dalam periode antara 75-90 M, setelah penghancuran Yerusalem pada tahun ± 70 M. Lih. I. Suharyo, Pengantar Injil Sinoptik (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm. 75-78.
[2] Bdk. Mat 10: 2-4; Mrk 3: 16-19; Luk 6:13-16; Kis 1:13
[3] Bdk. Mat 9:9
[4] Bdk. Mrk 2:14; Luk 5:27-28
[5] Bdk. Kis 1:1
[6] Bdk. Mat 8:19
[7] Bdk. Mat 5:17; 15:1-11; 17:24-27; 23:1-3.23-24; 24:20
[8] Bdk. Mat 8:5-13; 12:15b-21; 24:14; 28:19-20
[9] Bdk. Mat 5:11; 10:17; 3:1-36
[10] Bdk. Mat 23:13.15
[11] Bdk. Mat 22:7
[12] Bdk. Kis 8:1b.4; 1:19-26
[13] Bdk. Kis 11:26
[14] Bdk. Mat 17:1-13
[15] Bdk. Mat 5:17-48
[16] Lih. Daniel J. Harrington, “Matius”, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, editor Dianne Bergant dan Robert J. Kariss, terj. A.S. Hadiwijayata (Yogyakarta: Kanisius 2006), hal. 32
[17] Lih. Alkitab Deuterokanonika
[18] yaitu 1) orang yang sakit secara rohani sangat membutuhkan Dia; 2) Hosea 6:6 memberikan kesaksian mengenai besarnya belas kasih Allah; 3) Yesus datang untuk memanggil orang-orang berdosa supaya bertobat Lih. Daniel J. Harrington, “Matius”, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, editor Dianne Bergant dan Robert J. Kariss, terj. A.S. Hadiwijayata (Yogyakarta: Kanisius 2006), hal. 47
[19] Suatu teks atau passage atau perikop pada umumnya membentuk atau merupakan suatu bagian dari keseluruhan dokumen yang lebih luas. Sebagai kompenen dalam keseluruhan yang lebih luas, bagian atau perikop itu menyumbang sesuatu arti bagi keseluruhan, sekaligus juga menimba arti dirinya dari arti yang lebih luas itu. Keseluruhan jalinan yang lebih luas itu disebut konteks. Robertus Sumarwata, Traktat Pengantar Kitab Suci (Pineleng:2008), hal. 4
[20] Robertus Sumarwata, Traktat Pengantar Kitab Suci (Pineleng:2008), hal. 5
[21] Lih. Gambar 1
[22] Ibid.

[23] Lih. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi-III.
[24] Bdk. Stefan Leks, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 199
[25] Bdk. Mat 9:1
[26] Bdk. Stefan Leks, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 199
[27] Lih. Xavier Leon-Dufor, “lihat; melihat”, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hal. 371
[28] Leyi, Leyei (Yunani), kata yang tidak jelas artinya. Menurut etimologi rakyat: “bergabung, melekat kepada”. Ibid. hal. 369
[29] Bdk. D. Moody Smith, “Matthew”, The Encyclopedia of Religion, vol. IX (Liv-Nuad), editor by Miracea Elide (New York: Macmillan Publishing Company, 1993)
[30] Antipas (Yunani), singkatan dari Anti-patros: “ditempat ayah”. Putra Herodes Agung dan Malthake, adik Arkhelaus, lahir dalam tahun 22 sM. Ia raja wilayah Galilea dan Perea tahun 4 sM. Ia menceraikan istrinya, putri Aretas IV, untuk menikah secara tidak sah menurut hukum Yahudi dengan Herodias, istri saudara angkatnya. Ia mendirikan ataupun memperkuat banyak kota, antara lain Tiberias yang menjadi tempat kediamannya. Pada tahun 39 ia diusir oleh penguasa Roma ke Lugdunum Convenarum, yang mungkin sama dengan Saint-bertrand de-Comminges masa kini. Lih. Xavier Leon – Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hal. 261
[31] Lih. Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary (Jakarta: Modern English Press, 1991)
[32] Bdk. Stefan Leks, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 199
[33] Lih. Ibid. 200
[34] Lih. Mat 4:18-22
[35] Terjemahan Yunani pertama Perjanjian Lama, yang menurut legenda yang dapat dibaca dalam Surat Aristea, dikerjakan oleh 72 ahli Yahudi yang menyelesaikannya dalam 72 hari atas perintah Ptolemeus Filadelfos (th. 28-246 sM). Data dari legenda itulah menyebabkan bahwa terjemahan itu diberi nama Septuaginta (=70). Menurut sejarah, terjemahan itu dikerjakan oleh banyak orang dan kerja itu berlangsung lama sejak th. 50 sampai th. 150 sM (dalam prolog kitab Sir, ayat 116, terjemahan itu disinggung). Terjemahan itu diperuntukan bagi orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, khususnya yang tinggal di Alexandria, Mesir. Dibandingkan dengan kanon Ibrani, Septuaginta mencakup pula kitab-kitab deuterokanonika, yaitu yud, Tob, 1 dan 2 Mak, Keb, Sir, Bar, Surat Yeremia, tambahan-tambahan pada kitab Est dan Dan, demikian pila apokrifa, yaitu 1 Ezr, 3 dan 4 Mak, Madah-madah dan Mazmur-mazmur Salomo. Selain melaui papirus yang berasal dari abad II sM, Septuaginta dikenal terutama melalui karya-karya Origenes (akhir abad II M) dan melalui kodeks dari abad IV yang bernama Vaticanus. Aquila, Yunani Perjanjian Lama yang sangat ‘harafiah’, sedangkan Simmakhus, seorang Kristen, sekitar th. 170 mempersembahkan terjemahan yang berbeda, dan Theodotion pada akhir abad II mempersembahkan Septuaginta yang sudah dikoreksi. Para ahli memperdebatkan asal-usul Septuaginta: adakah satu atau lebih versinya? Septuaginta adalah teks Alkitab yang dipakai oleh umat Kristen masa awal (demikianlah Mat 1:23). Lih. Xavier Leon – Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hal. 501-502.
[36] Lih. Stefan Leks, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 201
[37] Lih. Luk 5:29
[38] Lih. Mat 9:4-6
[39] According to Jewish, “tax collector” were: 1. Regarded as thieves or even robbers. 2. As in special unclean “am ha arestz”. 3. As direct taxes regarded as a sign of subjection. Indirect taxes, expecially “toll” seem it have been viewed more as injustice and chicanery. Cfr. Michael, thological Dictionary of The New Tastement, vol. VIII, edited by Gerhard Friedich (Michigan: WM.B Eerdmans Publishing Company, 1976), pg. 101-102.
[40] Kata pendosa pada umumnya diartikan diartikan sebagai “manusia yang berkelakukan yang tidak sesuai dengan norma moral”, tetapi bukan arti inilah yang dimaksudkan dalam Kitab Suci. Paling tepat bila para pendosa itu dilihat sebagai orang buangan (outcast). Menurut kaum Farisi, kelompok para pendosa mencakup para penunggang keledai/unta, pelaut, gembala, pemilik toko, tabib, tukang gigi, dll. Lih. Stefan Leks, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 202
[41] The word Φαρισαίσς, which in the NT and Josephus is common in the plural than the singular, is the  Greek transcription of an Aram this from is found in the Targum and Rabbinic literature as an adjective is sense “separated”, “distinguished” but it never has meaning of the Greek Φαρισαίσς, for which we find rather the Hebrew. Thus Origines of Alexandria (185-254 A.D) commentary in Jahwist Fragmenata 34 on 3:1 (says: “phares means among the Hebrews ‘one who is set a part’, for these men separate themselves from the whole people of the Jews.” Compared with the incidence of Φαρισαίσς in NT and Josephus. Thus far no non-Jewish or non-Christian instances have been found, which in middle hebrew, “pharisees” means not only “to separate” but “to separate oneself”. Cfr. Meyer, “Pharisasim in Judiasm”, Thological Dictionary of The New Testament, Vol. IX, pg. 12-13., Cfr. H.F. Weiss, “The Pharisees in NT”,  Thological Dictionary of The New Testament, Vol. IX, hlm. 41-43., Cfr. “Pharisees”, The Oxford Dictionary of the Christian Church, edited by F.L. Cross and E.A. Livingstone (London: Oxford University Press, 1974)., Cfr. Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru, pg. 173.     
[42] Lih. Xavier Leon – Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hal. 225
[43] Bdk. Mat 15:1-3; Mrk 7:1-8; Kis 26:4-5; Flp 3:4-6
[44] Bdk. Mat 9:11; 12:2.14; Mrk 2:16; 3:6; Luk 5:30; 15:2; Yoh 7:32; 9:16
[45] Bdk. Mat 23:13.14.15.23.25.27.29
[46] Bdk. Mat 23:16
[47] Bdk. Kis 5:34-39; 23:9-10
[48] Lih. Daniel J. Harrington, “Matius”, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, editor Dianne Bergant dan Robert J. Kariss, terj. A.S. Hadiwijayata (Yogyakarta: Kanisius 2006), hal. 47
[49] Lih. Bagian mengapa gurumu makan.
[50] Yun: iatros. Mula-mula tabib disamakan dengan tukang sihir atau dengan imam; ia seolah-olah saingan Allah sendiri yang dapat menyembuhkan. Selanjutnya peranannya lebih dihormati, dan di zaman Romawi ada banyak tabib ahli dalam bidang-bidang yang berbeda: ahli cuci darah, ahli bedah, ahli pemandian. Mereka dicari-cari, namunsering dikritik pula. Bdk. Sir 38:1-15; Mat 9:12. Lih . Xavier Leon – Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, hal. 528
[51] Lih. Mat 9: 12
[52] Lih. Hos 6:6
[53] Lih. Yoh 17:3-8
[54] Dalam kata-kata yang serupa artinya, yaitu: kebaikan, ikut merasa, kasih karunia, kemurahan hati, belas kasihan, yang semuanya menunjukan suatu sikap kasih sayang terhadap orang yang sedang dalam kesusahan, dan dua arah pemikiran berlainan dapat ditangkap dalam berbagai teks Alkitab. a) dari satu segi digarisbawahi sikap objektif untuk meringankan penderitaan orang lain. Ini biasanya terungkap dengan kata eloes,Yun (ingatlah akan ungkapan dari perayaan Misa: Kyrie eleison); arti kata ini tidak persis sama dengan rasa belas kasihan, tetapi mengandaikan dua macam perasaan yaitu ‘kecenderungan terhadap’ dan ‘kesetiaan kepada perjanjian’. Karena setia kepada diri-Nya sendiri dan kepada perjanjian-Nya, maka Allah menjadi solider dengan orang-orang yang menderita dan berdosa. Ia menunjukan kasih akrunian-Ny, maksudnya belas kasihan-Nya. b) arah pemikiran yang lain memperhatikan tempat, sumber dan kedalaman perasaan yang mendorong untuk bertindak dengan penuh belas kasihan: rasa yang dalam perdanya Y. oiktirmos; rasa kasihan yang dinyatakan atau splagkhna:”rahim, pengakuan ibu’, hati, kemesraan, kekariban. c) hanya dari konteks saja dapat disimpulkan warna arti suatu nas yang memuat kata ini. Selain itu, baik dalam bahasa Y. maupun I. istilah-istilah berlainan namun sekeluarga itu sering disejajarkan, seolah-olah ingin sekaligus dinyatakan realitas dan sumbernya, fakta dan perasaannya. Kata kerjanya seolah-olah mengandung dua arti, sedangkan kata bendanya lebih menekankan perbedaan. Kemurahan hati adalah sifat Allah, dan itu juga harus menjadi sifat khas setiap orang kristen.
[55]Merupakan tindakan persembahan yang menggunakan korban bakaran yang dimaksudkan atas persembahan persekutuan persembahan atas hasil usaha dsb.
[56] Lih. Stefan Leks, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 205
[57] Bdk. Mat 4:3; 8:29; 14:33; 27:40.54
[58] Bdk. Mat 8:20; 9:6; 10:23; 11:19; 12:8; 13:37; 16:13.27-28; 17:22; 19:28; 20:28; 24:30; 25:31; 26:24
[59] Bdk. Mat 19:15-17
[60] Bdk. Mat 1:1-17
[61] Bdk. Mat 1:20-23
[62] Lih. Mat 4:19
[63] Lih. Mat 4:18-22; 8:18-22; 19:21
[64] Lih. Mat 5:1-7:29; 9:35-11:1; 13:1-52
[65] Lih. Mat 5:13
[66] Lih. Mat 5:14-16
[67] Lih. Mat 13:51-52
[68] Lih. Mat 20:24-28
[69] Lih. I. Suharyo, Mengenal Tulisan Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hal. 46