Kartu Ucapan

simplicity brings love..


Ucapan Natal 2

Ingatlah bahwa..
Yesus lahir malam hari agar kita percaya bahwa kegelapan manusia tidak dapat menahan Sang Cahaya Dunia menerangi hidup kita.
Ia Lahir di kandang hina, agar kita yakin bahwa kehinaan dan kekotoran kita takkan bisa menahan Tuhan untuk menjumpai, mencintai dan tinggal bersama kita..


:: Merry Christmass & Happy New Year ::

Ucapan Natal 1

Melihat ke atas :
Memperoleh semangat untuk maju..

Melihat ke bawah :
Bersyukur atas semua yang ada..

Melihat ke samping :
Semangat dalam kebersamaan..

Melihat ke dalam :
Introspeksi diri..

Melihat ke depan :
Untuk menjadi lebih baik..

: : Merry Christmass & Happy New Year : :

Tanda peserta

Pengalaman adalah pengetahuan..!!
Yang penting enjoy..!!



Refleksi HUT

Bicaralah dengan hidupmu..
Apa yang ia inginkan darimu..
Pernahkah kau mengerti hidupmu??
atau kau hanya memanjakan nafsumu??
berilah kesempatan, di mana dirimu menjalin hubungan mesra dengan hidupmu..
berilah sebuah nama yang indah kepada hidupmu..
dan aku janji datang untuk berbicara dengan jiwamu..

dari aku yang selalu tiada..
dolfdaytmhn557

sebuah penambahan usia, patutnya direnungkan bukannya dirayakan. Kau harus sadar bahwa usiamu berkurang satu..

Toko Salib

Pada suatu hari, seorang pria mengeluh kepada Tuhan Yesus. “Tuhan, kok berat banget sih salib yang harus aku panggul ini.”
Tuhan tersenyum dan menjawab dengan lembut. “Kalau begitu, ayo kita jalan-jalan. Aku mau mengajakmu untuk memilih salib mana yang ingin kamu pikul. Jangan lupa bawa salib yang kamu punya sekarang!”
Lalu Tuhan mengajak pria itu ke sebuah toko TUKAR TAMBAH salib. Di situ terdapat banyak salib dalam berbagai ukuran dan bentuk. Tuhan berkata, “Letakkan salibmu itu dan kamu boleh menukar dengan salib lain yang kamu sukai.”
Setelah melatekan salibnya pada suatu sudut ruangan, pria itu kemudian berjalan mengitari ruangan itu dan melihat semua salib yang ada. Pandangan pria itu kemudian terpaku pada salib yang paling besar yang terdapat di ruangan itu. “Itu salib siapa, Tuhan?” Tanya pria itu.
Yesus tersenyum, “Itu dulu salibKu.”
“Lain kemampuan Tuhan, lain kemampuan saya dong,” kata pria itu. “Saya suka salib yang tidak terlalu berat tetapi indah dipandang.”
Setelah keliling ruangan itu berkali-kali, setelah berlama-lama mengamati salib-salib tertentu yang tampaknya ringan dan indah dipandang, mata pria itu akhirnya tertumbuk pada sebuah salib. Salib itu tampak sederhana, warnanya tidak mencolok, namun toh enak dilihat.
“Tuhan, saya jatuh cinta pada salib yang dipojok ruangan itu,” lapornya pada Yesus.
“Ambillah!” jawab Yesus sambil tersenyum.
Lalu mereka berdua meninggalkan toko itu. Di tengah jalan, Tuhan berbisik kepada pria itu, “Saya senang kamu menyukai salib ini. Tetapi sebetulnya ini salib yang sama yang tadi kamu bawa masuk.”

Sebuah apel..

Puisi

Ucapan HUT

Sukacita yang besar terasa begitu nyata manakala seseorang bisa menyelesaikan 1 putaran dalam hidup ini dengan indah. Usia merupakan proses perjalanan panjang yang menjadi serangkaian putaran kehidupannya. HUT, merupakan 1 bagian perhentian, di mana seseorang diberi kesempatan untuk melihat kembali sebagian putaran hidup yang telah ia lalui, merenunginya, dan kemudian melihat ke depan ke arah putaran hidup yang tersisa dari serangkaian kehidupannya. Aku berharap agar putaran hidupmu selanjutnya dapat kau jalani dan selesaikan dengan sempurna..

pie' b'day..
G'bleZz..

(Ucapan dari seorang sahabat) 050510

Renungan (Mat. 10:24-33)

 TELADAN YANG SEJATI

          Dalam buku kumpulan cerita bermakna, saya membaca sebuah cerita bagus yang menceritakan tentang seorang ibu yang menulis sebuah artikel menarik tentang pengalamannya mendekor ulang rumahnya. Segala sesuatu berjalan dengan lancar sampai suatu hari, suaminya menolak nasihat ahli dekorasi interior yang mereka sewa. Sang suami ingin tetap memasang sebuah lukisan Yesus yang besar pada dinding di ruang tamu.
          Ibu itu mencoba untuk menasihati suaminya agar berpikir ulang, tetapi ia menolaknya dengan keras. Kemudian, setelah diskusi dengannya, sang istri teringat pada sabda Tuhan ini: “Setiap orang yang mengakui Aku di depan orang lain, Aku akan mengakuinya di hadapan Bapa-Ku yang di surga (Mat 10:32).” Perdebatan di antara mereka selesai. Suaminya yang menang.
          Kini, ibu itu mengaku bahwa ia gembira karena suaminya yang menang sebab lukisan itu ternyata mempunyai pengaruh yang luar biasa bagi keluarga dan para tamu. Suatu hari, seorang tamu bgerkunjung dan memandangi lukisan itu. Akhirnya tamu itu berkata kepadanya, “Sebetulnya mata Yesus itu tidak sedang memandang kepada kalian, tetapi ia memandang lewat kalian.”
Dan suatu malam, seorang sahabat yang lain duduk di seberang lukisan itu berkata,  “Aku selalu merasa begitu damai bila berada di rumahmu ini.”
Ibu itu menutup artikelnya dengan berkata, dia tahu orang lain akan tersenyum mendengar kata-katanya itu, bahkan mungkin menertawakannya, tetapi dia tidak peduli. “Inilah yang saya ketahui,” katanya, “Ketika anda mengundang Yesus masuk ke dalam rumahmu, Anda tidak akan menjadi orang yang sama lagi.”

          Saudara/iku terkasih, penginjil Matius dalam bacaan hari ini memberi pesan kepada kita akan 2 hal penting yakni: Teladan dan Ketaatan! Dalam perutusan para murid, Yesus berpesan kepada mereka supaya di dalam menjalankan perutusan mereka harus tetap taat dan setia kepada tugas dan perutusan Yesus; selain itu pula mereka harus mampu untuk menjadi teladan dalam hal cara hidup bagi orang-orang di tempat mereka berkarya.
          Kedua poin ini diharapakan oleh Yesus untuk menjadi keutamaan yang harus dimiliki oleh setiap keluarga Kristiani. Tak terkecuali saudara/i sekalian. Yesus senantiasa mengharapkan agar dalam hidup kita sehari-hari, kita mampu untuk menjadi pewarta kabar sukacita Kristus bagi orang lain; siapapun dia, terlepas dari status kita; baik kita sebagai pelayan umat atau sebagai bapa keluarga, ibu rumah-tangga ataupun sebagai anak dalam keluarga. Pola pewartaan kita tentu harus sesuai dengan status kita masing-masing.
          Pertama, kepada setiap orang tua diharapkan agar menjalankan fungsinya dengan baik; tentu dengan cara memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. Teladan yang dimaksudkan ialah cara hidup yang baik, keharmonisan yang terjalin antara suami dengan istri atau istri dengan suami, serta rasa cinta dan kasih kepada anak-anaknya. Selain itu pula para orangtua diharapkan memberi nasehat serta pelajaran berharga yang nantinya dapat berguna bagi anak-anaknya untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang dewasa baik dalam iman, harap dan kasih.  
         Kedua, kepada setiap anak-anak sebagai generasi  Kristiani diharapkan memiliki ketaatan yang mantap kepada orangtuanya. Ketaatan yang dimaksudkan ialah rasa hormat dan patuh kepada orangtua, yang dibarengi oleh rasa pengabdian dan kesadaran bahwa orangtua merupakan perpanjangan tangan dari Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang dewasa dan matang.

          Bacaan hari ini sungguh sangat sesuai dengan maksud kita berkumpul bersama pada malam hari ini, di mana kita sebagai bagian dari keluarga kristiani mau mensyukuri bersama rahmat yang diberikan oleh Tuhan secara khusus bagi (Kel…) yang hari ini merayakan HUT perkawinan mereka yang (ke-…).

          Karena itu, mari kita bersama-sama berdoa dalam ibadat ini agar supaya keluarga yang kita doakan pada saat ini dan keluarga-keluarga kita masing-masing senantiasa diberkati oleh Tuhan. Dan kiranya dalam praktek hidup kita sehari-hari kita senantiasa menampakkan diri kita sebagai pengikut-pengikut Kristus yang taat dan setia kepada-Nya dan dari hari ke hari kita boleh menampakkan pula keteladanan hidup kristiani kita masing-masing di tengah-tengah kehidupan dengan orang lain di sekitar kita.
Semoga juga St. Benediktus Abbas yang kita peringati hari ini boleh memberi inspirasi bagi kita tentang bagaimana sesungguhnya arti ketaatan kepada kehendak Bapa dan bagaimana menjadi teladan yang baik bagi orang lain untuk menemukan jati diri kita sebagai seorang Kristen yang sejati. Semoga demikian. Amin.


by. Gregorius Ricky

Renungan (Mat. 18:12-14)

Nama              : Lando G. karundeng
Prodi               : Filsafat
Semester         : III
Perumpamaan tentang domba yang hilang
(Mat. 18:12-14)

Tidak Ada (Seorangpun) Yang Benar
Mudah sekali untuk menunjukkan bahwa seseorang sudah bersalah. Bahkan sesudah waktu berlalu dan orang itu telah berubah; kita masih tetap mengingat kesalahannya. Tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Saya melihat hal ini sebagai satu kenyataan dalam kehidupan kita sebagai satu kelompok. Latar belakang dan pola pendidikan/pengasuhan membuat kita membuat jarak dengan orang lain; dan seringkali merasa lebih benar, lebih baik, lebih berharga, dan sebagainya. Saya tidak sedang mengajar/menghakimi kita. Saya sendiri menyadari hal ini dalam diri saya; dan bersyukur untuk pengalaman hidup yang Tuhan ijinkan saya alami.
Apakah ada seorang pun di antara kita yang tidak pernah melakukan kesalahan? Yang benar sepanjang hidupnya? Apakah saya salah seorang di muka bumi ini yang sangat baik; sehingga sangat layak untuk menjadi anak Tuhan; bahkan mungkin Tuhan ’rugi’  kalau tidak memiliki anak seperti saya?
Teologi ‘domba’. Setelah belajar bagian ini, saya cukup senang dengan domba, termasuk lihat boneka domba. Suka tersenyum melihat ‘gambaran diri’.
Domba: binatang yang lemah. Lucu, tetapi ternyata cukup menyebalkan. Domba tidak sama dengan kambing. Kambing lebih ‘mandiri’. Domba di Negara manapun, dengan kisah di Alkitab dan para peternak di negara-negara lain, hasilnya domba dimana-mana sama ‘sifatnya’.
1.      Domba tidak dapat mencari makan sendiri. Domba tidak tahu/tidak memilih makanan yang tepat untuknya. Artinya seandainya pun dia sudah ada di dekat rumput yang benar, bisa saja dia tidak makan karena tidak tahu. Akibatnya bisa kelaparan, sakit dan mati. Atau sebaliknya, dia bertemu ilalang atau rumput yang berbahaya, tetapi karena tidak tahu, dia makan; hasilnya sakit dan mati. Karena itu gembala harus selalu menuntun domba ke rumput hijau, makanan yang tepat dan ke sungai, air yang segar yang dibutuhkannya. Tetapi kalau mencari makan sendiri, hasilnya kerusakan, kacau dan mati! Kehidupan kita seperti domba. Kita tidak bisa mencari dan memenuhi ’kelaparan’ rohani yang ada, kalau bukan Kristus yang tuntun kita. Usaha manusia memenuhi ’rasa lapar rohani’ atau kekosongan jiwa justru membawa pada kehancuran. Ada yang memenuhi dengan pesta pora, atau semedi, juga mengunjungi berbagai rumah ibadat, tapi tidak dapat memenuhi kekosongan/kelaparan itu. Lama-kelamaan, ada yang lapar, haus, sakit dan mati.

2.      Domba tidak dapat mencari jalannya sendiri. Karena itu, ada beberapa perumpamaan tentang domba yang hilang. Tetapi uniknya, domba ini sangat nakal. Kalau gembala lengah, atau memperhatikan yang lain, maka segera cari jalan lain. Mungkin bosan dengan jalan berliku-liku yang dilalui bersama sang gembala. Merasa lebih tahu jalan yang pintas dan baik. Hasil akhirnya hilang/sesat. Lalu digambarkan domba ada di ujung jurang, atau tersangkut, bahkan jatuh ke dalam jurang. Saya hanya membayangkan. Sebelum jatuh, sebenarnya domba bisa balik. Tetapi domba tidak tahu/tidak sadar bahaya itu. Jurang yang di depan tetap dimasuki. Saya memikirkan ketika ada di mulut jurang, mengapa tidak kembali menuruni bukit, kembali ke gembala dan kawanan? Tetapi domba tidak mampu, dia terus ke arah yang salah. Bagaimana pengalaman hidup kita? Bukankah tidak mudah bagi kita untuk memilih hal yang benar? Bahkan ketika sudah salah, sulit untuk kembali dan terus ke arah yang salah, terjatuh ke dalam jurang. Mengapa tidak panggil gembala? Bahkan untuk itu pun tidak mampu.

3.      Domba tidak mampu mengenali musuh yang mengancam dan tidak mampu membebaskan diri. Karena itu Yesus digambarkan seperti ’seekor anak domba yang dibawa ke pembantaian’. Domba tidak mengeluh, tidak memberontak ketika pengguntingan bulu; juga waktu disembelih. Saya bayangkan, kalau dihadapannya ada binatang buas yang akan menerkam, domba tidak lari menyelamatkan diri. Kalau pun ia melarikan diri, itu sia-sia. Kakinya kecil, dan ia tidak dapat berlari kencang. Dia lemah, tidak punya senjata untuk mempertahankan diri.
Bagaimana gambaran hidup kita? Bukankah kita seperti domba? Bahaya apa yang mengancam kita? Pergaulan, gaya hidup, cara kerja yang tidak benar, dsb. Seberapa kuatnya kita untuk membela/mempertahankan diri? Bukankah yang lebih sering terjadi kita ’kalah’, takluk pada ’pencobaan’? Lalu bagaimana/mengapa kita bisa lepas?
Tetapi kemudian, gembala datang dengan kasih. Ia tau ada domba kecil yang hilang/melarikan diri darinya dan kawanan. Ia datang mencari. Dari jauh ia memanggil nama domba ini. Perhatikan bahwa gembala selalu membawa gada dan tongkat. Selain untuk melawan musuh/binatang buas; tongkat berfungsi mengarahkan domba atau menariknya ke arah yang benar. Memukul domba? Saya pikir tidak seperti itu. Dalam kondisi domba yang sudah sesat, bingung dan lapar; gembala datang justru merangkulnya, dan membawanya pulang dalam gendongannya.  Inilah salah satu sikap dari Gereja kita. Sikap gereja kita ini terbuka sehingga tidak menjadi hakim melainkan Bapa yang baik hati. Sehingga tidak ada seorangpun yang benar.
Inti dari kehidupan domba: ia tidak dapat hidup tanpa gembala dan kawanannya. Gembala kita adalah Kristus. Ia tahu kita lelah, lapar, salah jalan dan terancam binasa. Syukur bahwa Ia datang mencari kita. Kita tidak pernah mencari dan temukan Dia. Dialah yang menemukan kita dan dalam kasihNya membawa kita kembali dekat kepadaNya.

Pengetahuan Manusia

Sumber Pengetahuan: Rasionalisme dan Empirisme

Latar belakang (Masalah):
Pengetahuan adalah sikap mental seseorang dalam hubungannya dengan objek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi. Di mana objek yang disadari sebagai ada itu, memang ada sebagai adanya.
Yang menjadi inti persoalannya adalah bagaimana kita tahu secara pasti tentang sesuatu, dengan kata lain manakah yang menjadi sumber pengetahuan? Dalam sejarah filsafat, persoalan ini dijawab secara berbeda oleh dua aliran pemikiran, yaitu rasionalisme dan empirisme.

a.      Objek material
Dalam penelitian ini, peniliti akan membandingkan dua teori yang menjawab pertanyaan “Manakah yang menjadi sumber utama pengetahuan? Apakah dengan mengandalkan rasio atau dengan mengandalkan pancaindra ataukah kedua-duanya.

b.      Objek formal
Penelitian ini dimaksudkan menjawab pertanyaan di atas sehingga mendapatkan jawaban yang pasti apa yang menjadi sumber pengetahuan. Untuk memperoleh jawaban yang pasti itu, peneliti akan membandingkan teori dari kedua tokoh ini.

*      Batasan masalah;
Di sini peneliti memberikan batasan mengenai masalah ini. Peneliti melakukan pembatasan pada tokoh-tokoh yang membahas masalah yang sama. Tokoh-tokoh yang teorinya digunakan dalam penelitian ini yaitu Rene Descartes (kaum rasional), John Locke (kaum empiris), dan Immanuel Kant (sintesa).
Pembatasan ini dilakukan dengan alasan ada beberapa tokoh yang menjawab pertanyaan yang sama dan dari kaum yang sama juga.

Pentingnya dan kegunaan penelitian;
Dalam penelitian pasti ada saja hal-hal yang positif dan negatif yang akan kita peroleh. Hal-hal yang positif antara lain :
1.       Dengan melakukan penelitian, sangat membantu peneliti untuk lebih teliti lagi dalam penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam penelitian berikut.
2.       Dengan penelitian ini, dapat membuka wawasan bagi peneliti dan pembaca khususnya yang tidak belajar filsafat.


Tujuan penelitian;
Suatu penelitian mempunyai tujuan. Tujuan suatu penelitian itu berbeda-beda. Begitu juga dengan penelitian ini mempunyai tujuan, yaitu :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari, mengelola sehingga mendapatkan pemahaman baru mengenai pengetahuan lewat data-data yang ditemui selama penelitian.
*      Inventarisasi:
Dua kaum ini yakni kaum rasionalis dan kaum empiris menjawab pertanyaan yang sama yaitu manakah yang  menjadi sumber pengetahuan?. Masing-masing kaum ini menjawab pertanyaan ini berdasarkan pandangan atau teorinya.
Rene Descartes:
                Inti dari pandangan rasionalisme adalah bahwa hanya dengan menggunakan prosedur tertentu dari akal budi saja kita bisa sampai pada pengetahuan yang sebenarnya, yaitu pengetahuan yang tidak mungkin salah. Menurut kaum rasionalis, sumber satu-satunya, adalah akal budi manusia. Akal budilah yang memberi kita pengetahuan yang pasti benar tentang sesuatu. Konsekuensinya, kaum rasionalis menolak anggapan bahwa kita bisa menemukan pengetahuan menurut pancaindra kita. Bagi kaum ini, akal budi saja sudah cukup memberi pemahaman bagi kita, terlepas dari pancaindra. Dengan demikian, akal budi saja bisa membuktikan bahwa ada dasar bagi pengetahuan kita, bahwa kita boleh merasa pasti dan yakin akan pengetahuan yang kita peroleh.
John Locke:
Sedangkan yang menjadi pandangan kaum empiris adalah paham filosofis yang mengatakan bahwa sumber satu-satunya bagi pengetahuan manusia adalah pengalaman. Yang paling pokok untuk bisa sampai pada pengetahuan yang benar, menurut kaum empiris, adalah data dan fakta yang ditangkap oleh pancaindra kita. Dengan kata lain, satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang diperoleh melalui pengalaman dan pengamatan pancaindra. Maka sumber pengetahuan dan pengamatan pancaindra tersebut yang memberi data dan fakta bagi pengetahuan kita. Semua konsep dan ide yang kita anngap benar sesungguhnya bersumber dari pengalaman kita dengan objek yang kita tangkap melalui pancaindra.

*      Evaluasi kritis:
Berdasarkan data-data tadi (dengan melihat kelebihan dan kekurangan), kita dapat melanjutkan penelitian ini dengan menjawab pertanyaan berikut yakni di antara kedua kelompok ini, manakah yang menjadi sumber utama pengetahuan?
*      Sintesis:
                Dengan membanding-bandingkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, yang menjadi sumber utama pengetahuan adalah berdasarkan rasio dan kegiatan pancaindra. Sumber pengetahuan memiliki landasan yang pasti apabila kita menyandarkan pada rasio dan kegiatan panca indera.
*      Pemahaman baru:
                Setelah melihat perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang tidak terbantahkan lagi adalah pengetahuan yang bersumber pada rasio dan pancaindra. Dengan kata lain bisa dipertanggungjawabkan baik secara rasional maupun empiris.

Informasi yang sudah tersedia;
Ada beberapa teori atau konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.       Konsep pengetahuan menurut kaum rasionalis:
-          Plato
-          Rene Descartes
2.       Konsep pengetahuan menurut kaum empiris:
-          John Locke
-          David Hume
3.       Konsep pengetahuan dari Aristoteles

Hipotesis:
                Harus diakui bahwa kedua aliran pemikiran di atas terlalu bersifat ekstrem. Oleh karena itu, sama-sama setengah benar saja. Artinya, di satu pihak sama-sama benar tetapi di pihak lain sama-sama juga keliru. Sama-sama benar, dalam pengertian bahwa kaum rasionalis benar ketika mengatakan bahwa pengetahuan manusia bersumber dari akal budi manusia. Sebaliknya, kaum empiris juga benar bahwa pengetahuan manusia bersumber pada pengalaman manusia. Keduanya keliru karena terlalu ekstrem menganggap pengetahuan hanya bersumber dari salah satu saja, atau akal budi atau pengalaman indrawi manusia.
                Sintesis antara kedua paham yang berbeda ini, sesungguhnya sampai pada tingkat tertentu telah kita temukan pada Aristoteles. Dengan tegas Aristoteles mengungkapkan sebuah prinsip yang dianggap sebagai dasar paham empiris bahwa “Tidak ada sesuatu pun dalam akal budi yang tidak ada terlebih dahulu dalam indra”. Bagi Aristoteles, pengetahuan manusia tercapai sebagai hasil kegiatan manusia yang mengamati kenyataan yang banyak, lalu menarik unsur-unsur universal dari yang partikular. Jadi, pengetahuan diperoleh dengan jalan abstraksi yang dilakukan atas bantuan akal budi terhadap kenyataan yang bisa diamati. Maka, supaya pengetahuan bisa tercapai dibutuhkan pengamatan maupun akal budi.
                Dalam hal ini, Aristoteles bertolak dari pengamatan dan penelitian aposteriori. Dari penelitian ini, menurut Aristoteles, bisa ditarik prinsip-prinsip umum tertentu yang ditemukan di balik semua fakta dan data yang dilaporkan pancaindra. Prinsip-prinsip ini sekaligus memberi penjelasan mengapa peristiwa tertentu terjadi sebagaimana adanya. Maka, pengetahuan yang diperoleh melalui cara dan proses ini, yang melibatkan pancaindra dan akal budi adalah pengetahuan yang lebih umum dan sekaligus pasti.

Metodologi penelitian;
*      Interpretasi:
            Rene Descartes:
                Sebagai kaum rasionalis yang bersumber pada rasio, Descartes menganggap serius anjuran kaum skeptis supaya kita perlu meragukan semua keyakinan dan pengetahuan kita bahkan kita perlu meragukan apa saja. Bagi Descartes, inilah metode filsafat yang paling tepat. Sasaran utama dari Descartes adalah bagaimana kita bisa sampai pada pengetahuan yang pasti benar. Menurutnya, kita perlu meragukan segala sesuatu sampai kita mempunyai ide yang jelas dan tepat. Dengan kata lain, Descartes menghendaki agar kita meragukan untuk sementara waktu apa saja yang tidak bisa dilihat dengan terang akal budi sebagai yang pasti benar dan tidak diragukan lagi. Ini disebut keraguan metodis, yang berfungsi sebagai alat untuk menyingkirkan semua prasangka, tebakan, dan dugaan yang menipu, dan karenanya mengahalangi kita untuk sampai pada pengetahuan yang benar-benar dasar yang kuat. Baginya, hanya denga cara ini, kita bisa merasa yakin bahwa kita punya pengetahuan. Atas dasar inilah, Descartes beranggapan bahwa hanya dengan akal budi yang dapat membuktikan bahwa dasar bagi pengetahuan manusia, ada dasar untuk merasa pasti dan yakin akan apa yang diketahui.
            John Locke:
                Lewat teorinya, Locke ingin menjawab dua pertanyaan pokok. Pertama, dari mana kita memperoleh ide-ide kita tentang sesuatu. Kedua, apakah kita dapat mengandalkan apa yang ditangkap dengan pancaindra kita untuk bisa sampai pada pengetahuan. Dalam menjawab kedua pertanyaan ini, Locke beranggapan bahwa semua konsep, pemikiran, dan ide kita bersumber dari apa yang ditangkap melalui dan dengan pancaindra.
                Locke membedakan antara dua macam ide; Ide-ide sederhana dan ide kompleks. Ide-ide sederhana adalah ide yang kita tangkap melalui penciuman, penglihatan, rabaan dan semacamnya. Pada saat indra kita menangkap sesuatu objek secara langsung dan spontan, muncul ide-ide sederhana tentang objek itu; besar, panjang, keras dsb. Tetapi, akal budi kita tidak hanya menerima secara pasif ide-ide itu dari luar. Ia kemudian mengolah lebih lanjut ide-ide itu, dengan memikirkan, meragukan, mempertanyakan, menggolongkan, dan mengolah apa yang diberikan pancaindra, dan seterusnya, dan dengan demikian lahirlah refleksi. Refleksi inilah yang memungkinkan adanya ide-ide yang lebih kompleks dari ide-ide sederhana tadi.
                Dengan ini Locke mau mengatkan bahwa yang kita tangkap secara langsung dari pancaindra hanyalah ide-ide sederhana. Baru setelah sekian kali menangkap objek yang sama lalu merenungkan, membandingkan atau merefleksikan, terbentuklah ide yang lebih kompleks tentang objek itu.
              Locke juga membedakan antara sifat atau kualitas primer dari objek dan sifat atau kualitas sekunder. Kualitas primer mencakup berat, gerak dsb. Dalam menangkap kualitas-kualitas ini, pancaindra kita memproduksi sifat atau kualitas objek pada objek itu apa adanya. Sedangkan kualitas sekunder mencakup rasa, warna dsb. Dengan demikian, dalam menangkap kualitas sekunder ini, pancaindra kita hanya memproduksikan sifat atau kualitas luar saja dari objek itu. Dari dua kualitas di atas, Locke mau mengatakan bahwa kita hanya bisa sampai pada pengetahuan yang pasti, tak bisa diragukan, dan bersifat universal dalam kaitan dengan kualitas primer dari objek.
*      Koherensi intern:
                Lewat teori-teori di atas, kedua kaum yakni kaum rasionalis dan kaum empiris berdasarkan pandangan masing-masing. Kaum rasionalis yang berdasarkan pada rasio sedangkan kaum empiris berdasarkan pada pancaindra. Tetapi menjawab pertanyaan yang sama.
*      Bahasa inklusi:
                Teori-teori yang digunakan pada dasarnya sudah menggunakan struktur bahasa yang baik dan benar. Sehingga mempermudah dalam penelitian. Hanya saja ada beberapa istilah yang digunakan, kurang dimengerti karena banyak artinya.


Daftar Pustaka

Buku:
Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2001
Hardiman, F.Budi. Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: Gramedia, 2004
Gallagher, Kenneth. T. Epistemologi Filsafat Pengetahuan, terj. Hardono Hadi. Yogyakarta: Kanisius, 2001
Keraf Sonny dan Dua Mikhael. Ilmu Pengetahuan. Sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta: Kanisius, 2001
Ohoitimur, Jong. Pengantar Berfilsafat, seminari pineleng, 2008
____________    Sejarah Filsafat Barat Modern dari Bacon sampai Nietzche, seminari pineleng, 2007
Zubaedi, Ag. M, dkk. Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, 2002

Internet:

ROSARIO PEMBEBASAN

(Dikutip dari sebuah milis..)

Share:
Dear teman-teman dan keluarga yang terkasih dalam Yesus.
Ijinkan saya berbagi kepada kalian sebuah salinan dari doa Rosario  Pembebasan. " Doa Sederhana Yang Berkekuatan DAHSYAT ", jalan meraih Kesembuhan,  Keselamatan dan Kebebasan dalam nama Yesus.
Doa ini saya dapatkan dari seorang biarawati (Sr. Karitas) dari kongregasi  Divina Providentia (Penyelenggaraan Ilahi) di Jakarta Pusat, saat itu saya  sedang menghadapi suatu penyakit ganas dan harus menjalankan operasi. Kebetulan  suster ini mempunyai sebuah Rahmat doa-doanya sering dikabulkan Tuhan kita, dan  suster selalu mendoakan mereka yang membutuhkan dengan doa Rosario  Pembebasan. Dan memang benar bahwa doa ini sungguh ampuh memberikan Rahmat apabila kita  sungguh-sungguh percaya akan Kuasa dan Kasih Tuhan Yesus. Saya pun telah  mendapatkan Rahmat Tuhan berkat doa ini (selain berkat doa Rosario konvensional,  doa Novena 3 Salam Maria dan Novena Hati Kudus Yesus), dengan merasakan  kebebasan dan keberanian untuk menjalankan operasi yang penting dan berkorban di  dalam perjuangan menghadapi penyakit itu, dan akhirnya saya pun dinyatakan  sembuh dari penyakit itu berkat operasi tersebut.
Salinan dan cara berdoa Rosario Pembebasan itu dapat ditemukan di  bawah.
Semoga membawa Berkat dan Rahmat Tuhan kepada kita semua.
Salam dan doa.

NOTE: Rosario Pembebasan bukan pengganti dan tidak  boleh mengesampingkan Rosario konvesional ! Doa ini menggunakan butir doa  Rosario konvensional.

  • Pada tiap butir Bapa Kami diganti dengan doa "Jika Yesus  membebaskan aku/dia/siapa, aku/dia/siapa akan sungguh sungguh bebas!"
  •  Pada sepuluh butir Salam Maria dalam tiap peristiwa diganti dengan doa  "Ya Yesus, kasihanilah /aku/dia/siapa! Ya Yesus, sembuhkanlah aku/dia/siapa  !Ya Yesus, selamatkanlah aku/dia/siapa  Ya Yesus, bebaskanlah aku/dia/siapa!
  •  Dalam setiap peristiwa permohonan/rahmat yang dibutuhkan harus sama  (misal: agar aku/dia/siapa sembuh dari penyakit).


Susunan Rosario Pembebasan

Aku Percaya..
Bapa Kami..
Salam Putri Allah Bapa                             (Salam Maria..)
Salam Bunda Allah Putra                           (Salam Maria..)
Salam Mempelai Allah Roh Kudus               (Salam Maria..)
Kemuliaan..
Terpujilah..

Peristiwa 1
  • Butir Bapa Kami : 
Jika Yesus membebaskan aku/dia/siapa, aku/dia/siapa akan sungguh sungguh bebas!
  • 10 Butir Salam Maria :
Ya Yesus,  kasihanilah /aku/dia/siapa! Ya Yesus, sembuhkanlah aku/dia/siapa !Ya Yesus,  selamatkanlah aku/dia/siapa! Ya Yesus, bebaskanlah aku/dia/siapa!
  • Kemuliaan..
  • Terpujilah..

Kemudian lanjut ke Peristiwa 2 sampai Peristiwa 5, dengan susunan doa-doanya seperti pada peristiwa pertama. Setelah selesai dengan Peristiwa 5, kemudian dilanjutkan dengan doa Salam ya Ratu, sbb;

Salam ya Ratu
Salam ya Ratu, Bunda yang berbelaskasih,  hidup hiburan dan harapan kami. Kami semua memanjatkan permohonan. Kami amat  susah, mengeluh, berkesah dalam lembah duka ini. Ya Ibunda ya pelindung kami,  limpahkanlah kasih sayangmu yg besar kepadd kami. Dan Yesus, puteramu yang terpuji itu, semoga Kau tunjukan kepada kami. Oh Pendoa kami yang manis dan perawan Maria.
Doakanlah kami ya Santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji  Kristus.

NOVENA YANG AMPUH




Dari kerendahan hati Yesus yang penuh iman

(Novena ini didoakan pada waktu yang sama setiap jam selama sembilan jam berturut-turut…hanya satu hari)

*   Tanda Salib..

Tuhan Yesus, Engkau mengatakan : “Mintalah dan engkau akan menerima, carilah dan engkau akan mendapat, ketuklah dan pintu akan dibukakan bagimu”, melalui perantaraan Bunda Maria, bundaMu yang tersuci, aku mengetuk, aku mencari, aku memohon kiranya Engkau sudi kabulkan doa kami.

(Sebutkan permohonan anda)

Tuhan Yesus, Engkau telah mengatakan segala yang kau mohon kepada Bapa dalam namaKu, Dia akan mengabulkannya; melalui perantaraan Maria bundaMu yang tersuci, aku dengan segala kerendahan hati dan dengan sangat memohon kepada Bapa dalam namaMu agar doaku dikabulkan.

(Sebutkan permohonan anda)

Tuhan Yesus, Engkau mengatakan : “Langit dan bumi akan lenyap tapi perkataanKu tak akan lenyap”, melalui perantaraan Maria, bundaMu yang tersuci, aku merasa yakin bahwa doaku Kau kabulkan.

(Sebutkan permohonan anda)

*   Bapa kami..
*   Salam Maria..
*   Kemuliaan..
*   Tanda Salib

(Novena ini diberikan oleh seorang ibu, yang menurutnya permohonannya terkabulkan dengan menggunakan novena ini. Dan sudah banyak yang mendapatkan rahmat dari novena ini)