Antropologi Budaya (Contoh tugas)

Nama                   : Lando Guido Karundeng
Mata Kuliah            : Antropologi Budaya 1
Program studi          : Filsafat
Tingkat/semester       : II/III

PEMETAAN SOSIAL
DESA TATELI WERU KECAMATAN PINELENG
KABUPATEN MINAHASA

PENDAHULUAN
            Dalam proses perkuliahan mata kuliah antropologi budaya-1 ini, para mahasiswa diajak untuk melakukan penelitian, sebagai salah satu tugas dan yang menjadi objek penelitiannya adalah desa. Para mahasiswa harus memilih sebuah desa yang belem diteliti atau sudah diteliti tetapi di bawa tahun 2005. Dan untuk tugas ini, saya memilih desa Tateli Weru sebagai desa yang akan saya teliti.
Meskipun terbilang singkat, tetapi saya berusaha untuk memberikan yang terbaik sesuai kemampuan dan sesuai dengan data-data yang saya peroleh di lapangan. Itu juga berdasarkan buku panduan/pedoman yang saya gunakan yaitu “Petunjuk-petunjuk dasar Pastoral Antropologis di sebuah kampung”. Dan yang menjadi pokok-pokok yang dalam penelitian saya ini yaitu meliputi topografi[1], sejarah, demografi[2], penyebaran rumah, tingkat ekonomi, transportasi dan agama.
Seperti halnya dengan penelitian yang lainya, penelitian ini juga memiliki batasan. Batasan yang dimaksud adalah yang menjadi bagian/yang termasuk dalam desa Tateli Weru ini yaitu yang menjadi aset dari desa.

TOPOGRAFI DESA
Desa Tateli Weru[3] adalah salah satu desa yang termasuk dalam Minahasa induk, yang termasuk dalam kecamatan Pineleng sesudah Tateli. Desa ini terletak sekitar 5Km dari batas kota Manado.


·         Luas Wilayah:
Luas wilayah desa Tateli Weru ini tercatat 125 Ha. Luas desa ini terbagi atas 120 Ha adalah lahan perkebunan  dan 5 Ha adalah pemukiman. Untuk lahan perkebunan terdiri atas 80 Ha perkebunan desa (pemerintah), 45 Ha merupakan lahan perkebunan dari warga. (lihat lampiran. Peta 1)

·         Perbatasan:
Batas-batas desa Tateli Weru yaitu:
Sebelah Utara             : Pantai
Sebelah Selatan           : Wilayah kepolisian Koha
Sebelah Timur             : Wilayah kepolisian Tateli
Sebelah Barat             : Desa Koha

·         Jarak:
Desa Tateli Weru terbilang dekat dengan tempat tinggal saya dengan jarak 3 Km. Berhubung berbatasan dari sebelah barat yaitu desa Koha. Dari tempat tinggal saya, desa Tateli Weru dapat dicapai dengan menggunakan angkot atau ojek dengan waktu 10-15 menit dengan tarif Rp. 3.500 dengan angkot dan Rp. 4.000 dengan ojek. Apabila dari arah manado (pineleng), dapat di tempuh dengan angkot. Jarak dari pineleng sampai Tateli ± 17 Km. Perjalanan ini membutuhkan Rp. 13.400/pp, dengan rincian sebagai berikut:
Pineleng – Karombasan          Rp. 2.300,-
Karombasan – Malalayang        Rp. 2.000,-
Malalayang – Tateli            Rp. 2.300 ,-
Jarak dari Pineleng selain itu desa Tateli Weru juga dapat dicapai dari arah Tanawangko dengan menggunakan angkot.

·         Pemetaan Residensi kampung[4]
Dalam pedoman petunjuk-petunjuk dasar pastoral antropologis di sebuah kampung, pemetaan yang dilakukan adalah
1.Bagian-bagian desa atau blok rumah-rumah yang dibatasi dengan jalan.
2.Semua jalan: jalan induk, jalan samping, lorong, gang dan ‘jalan tikus’.
3.Rumah-rumah penduduk
4.Bangunan umum

MELENGKAPI PETA DESA[5]
·         Informasi tentang Ekonomi:
Mengenai tingkat perekonomian, masyarakat di desa Tateli Weru ini terdiri dari: 62.7 % berada di atas garis kemiskinan dan 37.3 % masyarakat miskin. Di mana dapat dilihat dari data jumlah keluarga prasejahtera berjumlah 178 KK dan jumlah pengangguran/yang tidak memiliki pekerjaan tetap.(lihat lampiran. Peta 4)

·         Informasi tentang Agama:
Mengenai agama, desa ini terdiri atas yang beragama Katolik dan Protestan. Protestan terbagi atas GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa) dan Pantekosta
Untuk presentasi sebagai berikut:
GMIM             : 90 %
Pantekosta       : 8 %
Katolik                        : 2 %
Presentase ini, sering berubah. Maksudnya terjadi perpindahan agama. Misalnya, sebelumnya yang menjadi urutan kedua adalah Katolik dan Pantekosta urutan ketiga. Faktor utama yang membuat orang untuk pindah agama adalah karena pernikahan. Dan untuk pembagiannya tidak berkelompok-kelompok tetapi merata. (lihat lampiaran. Peta 3)

·         Informasi tentang hubungan Kekeluargaan (marga):
Desa Tateli Weru sendiri, kebanyakan penduduknya pendatang. Sekitar 90 %. Sehingga hubungan kekeluargaan atau marga sebagian besar merupakan marga dari luar. Ada beberapa marga yang bila dihitung memiliki presentase yang besar. Misalnya, Kampolisang, kamposawang, Dusun dan Baloh. Tetapi yang memiliki presentase yang paling besar diantara keempat marga ini yaitu Kamposawang.

·         Infomasi tentang pengelompokkan Etnis:
Penduduk desa ini terdiri dari warga setempat dan pendatang. Untuk warga setempat 10 % dan pendatang 90 %. Warga setempat yang dimaksud adalah penduduk asli desa itu yaitu orang Minahasa[6]. Sedangkan 90 % merupakan orang sanger. Mengingat desa ini sebagian besar adalah pendatang, tetapi penyebarannya merata sehingga untuk kekerasan dapat dengan mudah diselesaikan. (lihat lampiran. Peta 4)

·         Informasi tentang jenis Pekerjaan:
Mayoritas penduduk desa Tateli Weru bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Tetapi yang menjadi sumber utama mata pencaharian yang adalah nelayan. Namun begitu, masyarakat desa ini juga mempunyai profesi lain seperti pedagang, PNS, swasta, dan tukang. (lihat lampiran. Peta 5)

PROFIL DESA
·         Sejarah desa:
Desa Tateli Weru merupakan desa pemekaran dari Tateli. Tercatat bahwa desa ini berdiri sejak tanggal 11 Maret 1985 atau saat ini telah berumur 24 tahun.
Berikut ini ada urutan jabatan hukum tua:
1.Zeth Kampohiang (1985 – 1993)
2.Darius Lingkanang (1993 – 1996)
3.Zeth Kampohiang (1996 – 2006)
4.Albert Kampeusawang (2006 – sekarang)
Untuk proses pemilihan Hukum tua dan pimpinan lainnya dapat melihat tabel 8.
Struktur pemerintahan:
Struktur pemerintahan desa Tateli Weru sebagai berikut:
Hukum Tua                   : Albert Kampeusawang
Sekretaris                  : Ferdi Yanto Takser
            Kaur Pemerintahan    : Zeth Gagalang
            Kaur pembangunan     : Joseph Galesa
            Kaur Kesra           : Femmy Baloh
            Kaur Umum            : Vincentius Tahulending
            Kaur Keuangan        : Meitty Malangnusa



Kepala jaga/pala dan meweteng:
                 Jaga I
                 Pala           : Ernes Bukanaung
                 Meweteng       : Lewi Kahikun

                 Jaga II
                 Pala           : Markus Ambat
                 Meweteng       : Mariam Kaliopas

                 Jaga III       
                 Pala           : Joseph Manueke
                 Meweteng       : Maria Limpedang

                 Jaga IV
                 Pala           : Yeremia Todulilis
                 Meweteng       : Sonny Tuwo

                 Jaga V
                 Pala           : Theofilus Kalinggo
                 Meweteng       : Ester Haniko

            Pimpinan keagamaan:
     Gereja Katolik:
Pastor Paroki     : RD. Donald Liuw Pr,
Ketua Stasi       : Bpk. Dominikus Lenak
Sekertaris        : Yohanes Seran
Bendahara         : Boni Tinus

KBK
Ketua             : Petrus Rawung
Sekertaris        : Agustinus Kamudi
Bendahara         : Ventje Mantiri

WKRI
Ketua              : Martje Tumbel
Sekertaris         : Marie Pangau
Bendahara          : Martha Pukul

Mudika
Ketua              : Ricky Pangaribuan
Sekretaris         : Fandy Lasut
Bendahara          : Paula Sule

Sekami
Ketua              : Deity Pangau

Ketua Wilayah:
St. Dominikus Savio            : Yohanis Ngadimin
St. Agustinus                  : Teddy Wijaya
St. Yohanes Rasul              : Yohana Pukul
St. Yohanes Don Bosco          : Agustinus Kamudi

Gereja GMIM
     Pendeta        : Pdt. Raymon manopo. STh
Gereja Pantekosta

·         Keadaan Ekonomi
Perekonomian di desa ini terbilang cukup berkembang karena mempunyai pendapatan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan perekonomian yang dilakukan berikut ini. (lihat lampiran. Tabel 1 dan Peta 7)

Sektor Pertanian:
Yang menjadi komoditi dalam sector ini yaitu
Tanaman jagung
Ubi-ubian
Buah-buahan
Sayur-sayuran

Sektor Perkebunan:
Kelapa
Cengkeh
Pala

Sektor Peternakan:
Babi

Sektor Perdagangan:
Hotel

Sektor Keuangan:
Lembaga keuangan bukan Bank

Sektor Jasa-jasa:
Pekerjaan umum
Telekomunikasi
Angkutan
Air bersih
           

DEMOGRAFI DESA
·         Penduduk:
Penduduk desa tateli weru tercatat 1683 jiwa yang terdiri dari 869 jiwa atau 51.63% laki-laki dan 814 atau 48.37% perempuan. Tahun lalu jumlah penduduk berjumlah 1670 jiwa yang terdiri dari 860 jiwa atau 51.5% laki-laki dan 810 jiwa atau 48.5% perempuan. Bila dibandingkan terlihat jelas perubahan yang terjadi yakni bertambahnya jumlah penduduk yang berjumlah 13 orang atau 0.78% jiwa dari tahun lalu yang terdiri dari 9 jiwa laki-laki dan 4 jiwa perempuan.
Meskipun perkembangan masyarakat terbilang kecil, jumlah penduduk di desa ini bertambah. Memang di desa ini sebagian besar adalah pendatang, hanya saja yang menjadi faktor pertambahan penduduk bukan dari orang yang datang di situ tetapi  bertambahnya anggota keluarga yang tinggal di situ.

·         Pendidikan:
Tingkat pendidikan di desa Tateli Weru ini sebagian besar tidak tamat sekolah. Ada yang tidak tamat SD, tidak tamat SMP, tidak tamat SMA bahkan ada yang tidak sekolah. mengenai faktor yang mempengaruhi sehingga ada yang putus sekolah adalah karena perekonomian keluarga tidak cukup bahkan kurang. Untuk saat ini siswa yang tercatat yang masih bersekolah dapat melihat tabel ini:


·         Transportasi
Keadaan jalan:
Mengenai keadaan jalan untuk menuju ke Tateli Weru, bagus. Berhubung jalan Trans Sulawesi melalui desa ini sehingga jalan sudah diaspal. Hanya saja ada beberapa bagian jalan yang terletak di dalam desa belum diaspal. Misalnya jalan masuk menuju perumahan. Tetapi sebagian besar jalan di dalam kampung sudah diaspal. Untuk menuju desa Tateli Weru ini dapat ditempuh dengan dua arah yaitu dari arah Tateli (Manado) dan dari arah Tanawangko.

Alat transportasi:
Mengenai alat-alat transportasi yang ada di desa Tateli, saya membaginya dalam dua bagian yaitu alat transportasi umum dan alat transportasi pribadi.
a.      Alat transportasi umum
            Mengenai alat transportasi umum untuk menuju desa ini yaitu dengan angkot. Angkot yang digunakan satu dengan desa Tateli. yang memiliki angkot dalam desa ini berjumlah 20 angkot. 20 angkot ini, tidak semua memasang trayek Tateli tetapi terbagi atas taryek pasar 45 dan trayek karombasan.
Mengenai tarif, trayek Pineleng – Karombasan (jauh Rp. 2.300 dan dekat Rp.1.000), trayek Karombasan – Malalayang (jauh – dekat Rp. 2.000), trayek Malalayang – Tateli (jauh – dekat Rp. 2.300) dan trayek pasar 45 (jauh – dekat Rp. 2.000).
b.      Alat transportasi milik pribadi
Jumlah kendaraan pribadi penduduk desa Tateli weru keseluruhan berjumlah 103 Kendaraan. Yang merupakan kendaraan pribadi berjumlah 13 Mobil dan 20 Motor. Untuk mobil terdiri dari 3 pick-up, 5 Kijang, 3 Avanza, 2 Zebra. Untuk motor sebagian besar Yamaha dan Honda.  Perahu berjumlah 50 buah.

·         Media Komunikasi
Mengenai perkembangan komunikasi, desa Tateli Weru juga merupakan salah satu desa yang berubah media komunikasinya. Ini dapat dilihat dari wartel dan kepemilikan Handphone. Memang untuk sebagaian orang handphone merupakan alat komunikasi yang harus dimiliki, sehingga membantu orang untuk mencarinya. Untuk media lainnya juga ada seperti Televisi, dan Radio.
Untuk Handphone sendiri sebagian besar menggunakan operator Telkomsel dan ada beberapa yang menggunakan XL dan Indosat. Dan untuk siaran yang paling diminati adalah SCTV (berhubung sebagian besar hanya menggunakan antenna biasa).

·         Keadaan Sosio-Budaya
Sebagai desa yang sebagian besar adalah pendatang, keadaan sosio – budaya yang nampak adalah sosio – budaya dari pendatang tersebut. Para pendatang tersebut berasal dari sanger.
Dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan masyarakat di sini hidup dengan tenang. Mungkin yang menjadi faktornya adalah kehidupan para pendatang terpencar atau merata dalam wilayah. Di mana terlihat suasana yang ramah karena saling menyapa satu dengan yang lain. (lihat lampiran. Tabel 7)
Hanya penduduk dari sanger terkenal dengan kasar (berbicara kuat) sehingga terkesan tidak enak untuk di dengar. Dan sebagai tempat untuk bercerita adalah pesisir pantai. Mengenai bahasa yang digunakan adalah bahasa pasar dan diselingi dengan bahasa daerah sanger (jika pembicaraan terjadi sesama orang sanger). Karena terpengaruh dengan budaya sanger sehingga dialek desa ini berbeda dengan desa lain, yaitu terletak pada penekanannya. Kehidupan kemasyarakatan mayoritas beragama GMIM, Pantekosta dan Katolik. Untuk urusan/kepentingan desa, latar belakang keyakinan tidak mempengaruhi sehingga tidak menjadi masalah. Untuk selengkapnya dapat melihat tabel 9, 10, 11.

PENUTUP
Penelitian ini memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti, sekaligus memberikan pemahaman bagi peneliti bagaimana kiranya melihat situasi-kondisi dalam suatu kelompok masyarakat. Segala sesuatu yang terjadi dan terbentuk serta menjadi kebiasaan dalam suatu kelompok masyarakat ternyata mempunyai makna dan ada penyebab-penyebabnya sampai terjadi demikian. Hal ini membantu membuka cakrawala peneliti, sehingga dapat lebih memperluas dan mengembangkan pemikiran (cara berpikir).
Peneliti sangat bersyukur karena dapat memperoleh kesempatan untuk meneliti suatu kampung yang bagi peneliti merupakan suatu hal yang baru.  Kini, peneliti dapat mengetahui bahwa untuk dapat mengenal dan mengetahui sesuatu maka kita harus turun secara langsung dengan mengobservasi. Dalam hal ini panca indera itu sangatlah penting dan diperlukan.


Lampiran:

Tabel 1.
SUBSEKTOR
LUAS/JUMLAH

Rp

PERTANIAN
Tanaman Jagung:                  
1.Luas Tanaman Tahun ini 
10 Ha

2. Nilai Produksi Tahun ini

10.000.000
3. Biaya Pemupukan

2.500.000
4. Biaya Bibit

1.000.000
5. Biaya Obat

1.000.000
Tanaman Ubi-ubian :
1.Luas Tanaman Tahun ini
10 Ha

2. Nilai Produksi Tahun ini

2.500.000
3. Biaya Pemupukan

1.000.000
4. Biaya Bibit

800.000
5. Biaya Obat

500.000
Tanaman Buah-buahan:
1.Luas Tanaman Tahun ini 
10 ha

2. Nilai Produksi Tahun ini

1.000.000
3. Biaya Pemupukan

800.000
4. Biaya Bibit

150.000
5. Biaya Obat

250.000
Tanaman Sayur-sayuran :
1.Luas Tanaman Tahun ini 
5 ha

2. Nilai Produksi Tahun ini

1.000.000
3. Biaya Pemupukan

450.000
4. Biaya Bibit

150.000
5. Biaya Obat

250.000

PERKEBUNAN
Kelapa:
1.Luas Tanaman Tahun ini 
20 ha

2. Nilai Produksi Tahun ini

8.000.000
3. Biaya Pemupukan

1.000.000
4. Biaya Bibit

 850.000
Cengkeh:
1.Luas Tanaman Tahun ini 
15 ha

2. Nilai Produksi Tahun ini

15.000.000
3. Biaya Pemupukan

5.000.000
4. Biaya Bibit

1.500.000
5. Biaya Obat

500.000
Pala:
1.Luas Tanaman Tahun ini 
10 ha

2. Nilai Produksi Tahun ini

3.000.000

PETERNAKAN
Totak nilai produksi tahun ini

3.000.000
Jumlah total ternak tahun ini
850 ekor


PERDAGANGAN , HOTEL

Jumlah total penginapan dan penyediaan akomodasi yang ada
1 Unit



KEUANGAN ,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

 Lembaga keuangan bukan Bank

Jumlah lembaga keuangan bukan Bank
12 Unit

Jumlah kegiatan jasa penunjang lembaga keuangan bukan Bank
1 Jenis



JASA-JASA

Pemerintahan umum:

Jumlah jenis jasa pelayanan pemerintahan kepada masyarakat
1 unit

Angkutan :

Jumlah jenis kegiatan pengangkutan orang dan barangdengan alat angkut kendaraan jalan raya , laut 
2 Jenis

Jumlah total kendaraan angkutan
20 angkutan

Komunikasi:

Jumlah jenis kegiatan informasi dan telekomunikasi serta sector jasa penunjang  lainnya
3 Jenis

Air Minum:

Jumlah jenis kegiatan penyediaan dan penyaluran air minum
2 Jenis



Tabel 2.
Jumlah penduduk
Jenis kelamin
Jumlah
(jiwa)
Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Tahun 2009
869
814
1683
Tahun  2008
860
810
1670


Tabel 3.
Kepala Keluarga
KK
Laki-laki
KK Perempuan
Jumlah total
Tahun 2009
238
239
477
Tahun 2008
234
235
469





Tabel 4
Murid
Jumlah
(jiwa)
TK
31
SD
475
SMP
35
SMA
20


Tabel 5.

Jenis pekerjaan

Jumlah
Jumlah rumah tangga sector jasa dan perdagangan 
35  Keluarga
Jumlah total anggota rumah tangga  jasa dan perdagangan 
70 Orang
Jumlah rumah tangga buruh jasa dan perdagangan 
15 Keluarga
Jumlah anggota  rumah tangga buruh jasa dan perdagangan 
30 Keluarga
Memiliki Ojek
20 Orang
Memiliki Open Cup
3 Orang
Memiliki Kendaraan pribadi
10 Orang
Montir
5 Orang
Tukang Batu
2 Orang
Tukang Kayu
20 Orang
Tukang Jahit
3 Orang
Tukang Kue
10 Orang
Tukang Rias
3 Orang
Perusaha perdagangan hasil bumi
20 Orang
Buruh jasa perdagangan hasil bumi
40 Orang
Pemilik usaha jasa transportasi dan pehubungan
20 Orang
Buruh  usaha jasa transportasi dan pehubungan
20 Orang
Pemilik usaha jasa hiburan dan pariwisata
                  35 Orang
Buruh  usaha jasa hiburan dan pariwisata
                  35 Orang
Pemilik usaha hotel & penginapan lainnya
                    2 Orang
Buruh  usaha hotel & penginapan lainnya
                  20 Orang
Pemilik usaha warung , rumah makan dan restoran
                  10 Orang
Pegawai Negeri Sipil
                  15 Orang
TNI
                  10 Orang
POLRI
                    5 Orang
Perawat swasta
                    2 Orang
Guru Swasta
                   5 Orang
Pensiunan TNI/POLRI
                   8 Orang
Pensiunan PNS
                 10 Orang
Pensiunan Swasta
                10  Orang
Pembantu Rumah tangga
                 20 Orang
Sopir
                 15 Orang
Tidak mempunyai mata pencaharian tetap
               150 Orang
Jasa penyewaan peralatan pesta
                  3  Orang

Tabel 6.
Wabah Penyakit
Jumlah
Demam berdarah
Kejadian dalam 1 tahun ini
3
Jumlah yang meninggal
0
Cikungunya
Kejadian dalam 1 tahun ini
12
Jumlah yang meninggal
0


Tabel 7.
Kasus
Jumlah
Perkelahian:

Yang terjadi  pada tahun ini
2
Yang menimbulkan korban jiwa
0
Yang menimbulkan luka parah
0
Yang menimbulkankerugian material
0
Jumlah konflik antara yang diadili atau diproses secara hukum
2
Pencurian:
Yang terjadi  pada tahun ini
3
Yang korbannya penduduk desa setempat 
5
Yang pelakunya  penduduk desa setempat 
1
Jumlah pencurian dengan kekerasan senjata api 
0
Jumlah pelaku yang diadili secara  hukum
5


Tabel 8.
Penetuan Jabatan Hukum Tua  
Dipilih langsung oleh masyarakat

Penentuan Sekretaris Desa
Diusulkan oleh hukum tua  , dipilih diangkat dan ditetapkan oleh bupati

Penetuan Perangkat Desa termasuk Kepala Jaga
Ditunjuk ,  diangkat dan ditetapkan  oleh hukum tua ,  serta disahkan oleh camat

Masa Jabatan Hukum Tua
5 (lima) tahun

Penentuan Perangkat Desa termasuk Kepala Jaga
Ditunjuk,diangkat dan ditetapkan  oleh camat sesuai delegasi kewenangan dari bupati

Jumlah anggota BPD
5 Orang
Penentuan anggota BPD 
Dipilih masyarakat secara langsung
Pimpinan BPD 
Dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung
Pemilikan kantor kerja BPD 
Ada
Anggaran BPD
Ada
Produk Keputusan BPD tahu ini
1.Peraturan Desa
2.Permintaan keterangan dari kepala desa sebanyak 5 kali
3.Rancangan Peraturan Desa sebanyak 2 buah
4.Menyalurkan aspirasi rakyat
5.Menyatakan pendapat/ menyampaikan usul  kepada Hukum Tua
6.Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan APB –Desa  
Keberadaan organisasi lembaga kemasyarakatan desa
Ada
Dasar hukum keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa
1.                              1.Perdes
Keputusan 2.Kepala Desa
2.                              3.Keputusan Camat


Jumlah organisasi anggota lembaga kemasyarakatan desa termasuk RT,RW,PKK,LKMD,LPM,Karang Taruna ,Bumdes,Lembaga Adat ,Poktan
7 unit organisasi
Pemilihan pengurus organisasi anggota PKK,LPM,Karang Taruna ,Bumdes,Poktan
Dipilh secara langsung oleh rakyat
Implementasi tugas , fungsi dan kewajiban LKMD
AKTIF
Jumlah kegiatan LKMD
5 Kegiatan
Fungsi , tugas dan kewajiban lembaga kemasyarakatan yang dijalankan organisasi anggota LKMD
Aktif
Jumlah kegiatan lembaga kemasyarakatan yang dijalankan organisasi anggota LKMD
10 Kegiatan
Alokasi dana untuk LKK/D
Tidak ada
Alokasi anggaran untuk organisasi anggota LKMD,Karang Taruna , RT,RW,POKTAN,
Tidak Ada
Kantor dan ruangan untu LKMD
Ada
Dukungan pembiayaan  , personil  , ATK untuk secretariat LKK dari APB-Des dan Anggaran Desa
Memadai
Kegiatan administrasi dan ketatusahaan KLD/LKK
Berfungsi






Tabel 9.
Jumlah masyarakat yang terlibat dalam pelaksaan pembangunan fisik di desa sesuai hasil Musrenbang 
100 %
Jumlah masyarakat yang dilibatkan dalam pelaksanaan proyek  padat karya oleh pengelola proyek yang ditunjuk pemerintah desa  
90 %
Jumlah kegiatan yang tidak dilaksanakan oleh masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa yang sudah ditetapkan sesuai dengan APB-Des  
Tidak ada
Jumlah kegiatan yang masuk  desa  diluar yang  ditetapkan saat Musrenbang
10%
Usulan Pemerintah Desa  yang disetujui menjadi Rencana Kerja Desa
50 %
Usulan Pemerintah Kab/Kota /Provinsi dan Pusat yang dibahas saat Musrenbang dan disetujui untuk dilaksanakan didesa oleh masyarakat  yang disetujui menjadi Rencana Kerja Desa
5 %
Penyelenggaraan musyawarah desa untuk memjaga dan memelihara serta melestarikan hasil pembangunan yang sudah ada
ADA
Pelaksanaan kegiatan dari masyarakat untuk menyelesaikan atau menindaklanjuti kegiatan yang belum diselesaikan sebelumnya 
ADA
Jumlah kasus penyimpangan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilaporkan masyarakat atau lembaga kemasyarakatan desa kepada kepala desa
TIDAK ADA
Jumlah kegiatan yang dibiayai oleh APB-Des dan Swadaya masyarakat desa
10 Kegiatan
Jumlah kegiatan didesa yang didanai oleh APBD Kabupaten /Kota 
1  Kegiatan


Tabel 10.
 Jumlah kelompok arisan  
30 kelompok
Jumlah pendudk yang menjadi orang tua asuh
30 orang
Ada tidaknya dana sehat
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam pembangunan rumah
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam pengolahan lahan
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam pemeliharaan fasilitas umum/sosial
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam pemberian modal usaha
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam pengerjaan kebun
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam menjaga ketertiban dan keamanan
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam peristiwa kematian
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam hal kebersihan desa
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam membangunjalan/jembatan//saluran air/irigasi
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam hal pemberatsan nyamuk dan lingkungan lainnya
ADA
Ada / tidaknya kerjasama antar desa 
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam penyelesaian perselisihan antar desa
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam penyelesaian konflikdi setiap desa oleh masyarakat sendiri
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam menolong keluarga kurang mampu
ADA
Ada / tidaknya kegiatan Kepala Desa sebagai Hakim Perdamaian Desa
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam hal penanggulangan bencana 
ADA
Ada / tidaknya kegiatan gotong-royong atau sejenisnya dalam bulan bhakti gotong-royong
ADA


Tabel 11.
Adat istiadat dalam perkawinan
ADA
Adat istiadat dalam kelahiran anak
ADA
Adapt istiadat dalam upacara kematian
ADA
Adat istiadat dalam pengolahan hutan
PERNAH ADA
Adat istiadat dalam tanah pertanian 
PERNAH ADA
Adat istiadat dalam pengolahan laut / pantai 
PERNAH ADA
Adat istiadat dalam memecahkan konfilk warga 
ADA
Adat istiadat dalam menjauhkan bala penyakit 
PERNAH ADA
Adat istiadat dalam memulihkan hubungan manusia dan alam sekitarnya 
PERNAH ADA
Adat istiadat dalam penggulangan kemiskinan bagi warga tidak mampu 
TIDAK ADA
Peminta-minta sumbangan perorangan dari rumah ke rumah 
ADA
Peminta-minta sumbangan terorganisasi  dari rumah ke rumah 
ADA
Peminta-minta sumbangan perorangan dari rumah ke rumah 
ADA
Banyaknya kegiatan  yang bersifat hiburan dan rekreasi yang di inisiatifi oleh masyarakat sendiri 
YA
Luas wilayah desa sangat luas
YA
Banyak lahan terlantar yang tidak dikelola oleh pemiliknya
YA
Banyak lahan pekarangan disekitar perumahan yang tidak dikelola
RENDAH
Banyak lahan tidur yang tidak dikelola oleh masyarakat
RENDAH
Jumlah petani pada musim panen gagal yang pasrah dan tidak mencari pekerjaan lain
RENDAH
Jumlah nelayan  pada musim tidak melaut yang memanfaatkan keterampilam dan  mencari pekerjaan lain
TINGGI
Banyak penduduk yang mencarai  pekerjaan di kota besar lainnya
YA
Kebiasan masyarakat merayakan pesta dengan menghadirkan undangan yang banyak
SEDANG
Masyarakat sering mendatangi kantor desa dan menuntut penyediaan kebutuhan dasar sembako pada saat kelaparan  
TIDAK ADA
Kebiasan masyarakat untuk mencari bahan makanan pengganti beras / jagung pada saat rawan pangan 
SEDANG
Kebiasan pemotongan hewan dalam jumlah besar untuk pesta  dalam jumlah besar untuk pesta adat dan perayaan upacara tertentu 
TINGGI
Kebiasan masyarakat berdemonstrasi /protes terhadap kebijakan pemerintah 
RENDAH
Kebiasan masyarakat terprovokasi karena isu-isu yang menyesatkan
JARANG
Kebiasan masyarakat bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan social kemasyarakatan 
TINGGI
Lebih banyak masyarakat diam ketika ada persoalan  yang terjadi dilingkungan sekitarnya
TIDAK
Kebiasaan aparat pemerintah kurang menanggapi kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat
RENDAH



[1]‘Topografi’ berasal dari kata bahasa Yunani topos = Tempat; graphoo = penulisan, menulis. Semula bermakna uraian terperinci mengenai suatu tempat. Kini terpakai untuk menyatakan bentuk permukaan daratan, termasuk relief dan segala sesuatu yang dibuat manusia, juga corak permukaan bumi sebagaimana terlukis pada peta garis tinggi. Lih. Ensiklopedi Indonesia, 6 SHI - VAJ entri ‘topografi’, (Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve, 1980), hlm. 3597.
[2] ‘Demografi’ berasal dari kata bahasa Yunani demos = rakyat, penduduk; graphoo = penulisan, menulis. Demografi adalah ilmu yang melukiskan proses perubahan penduduk suatu Negara atau wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu; berdasarkan analisa statistic dari
[3] Weru (bahasa Tombulu) berarti baru
[4] Yang dimaksudkan dengan pemetaan residensi kampung yaitu untuk membuat suatu peta rumah-rumah kediaman penduduk suatu kampung. Peta ini dibuat bagaikan suatu denah dengan penampang yang lihat dari atas. Dan cara yang perlu ditempuh untuk membuat peta ini, yakni berjalan menelusuri semua jalan, lorong, gang dan jalan setapak dari kampung tersebut dengan menghitung rumah yang dilihat. (Lih. P. Renwarin, Petunjuk-petunjuk Dasar Pastoral Antropologis di Sebuah Kampung), hlm. 3.
[5]Untuk melengkapi peta desa kiranya baik kalau pemetaan desa dan wilayah pertanian telah dilaksanakan berdasarkan pengamatan sendiri sembari berjalan mengelilinginya. (Bdk. P. Renwarin, Petunjuk-petunjuk Dasar Pastoral Atropologis di Sebuah Kampung), hlm. 4.
[6] Nama ‘Minahasa’ atau minaesa artinya dipersatukan. Istilah ini baru muncul pertama kali dalam naskah Belanda pada tahun 1789 (Godee Molsbergen 1928: 137) untuk seluruh wilayah Manado (landstreek van Manado). Saat dipakai pertama kalinya, nama ‘Minahasa’ tidak menunjuk pada wilayah maupun penduduknya secara umum, tetapi pada dewan kepala-kepala suku (landraad) yang berkumpul untuk menerima instruksi-instruksi Belanda dan untuk menyelesaikan pertikaian-pertikaian internal. (Lih. Paul Richard Renwarin, Matuari wo Tonaas, jilid I Mawanua, (Jakarta: Cahaya Pineleng, 2007), hlm. 23.