Pengetahuan Manusia

Sumber Pengetahuan: Rasionalisme dan Empirisme

Latar belakang (Masalah):
Pengetahuan adalah sikap mental seseorang dalam hubungannya dengan objek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi. Di mana objek yang disadari sebagai ada itu, memang ada sebagai adanya.
Yang menjadi inti persoalannya adalah bagaimana kita tahu secara pasti tentang sesuatu, dengan kata lain manakah yang menjadi sumber pengetahuan? Dalam sejarah filsafat, persoalan ini dijawab secara berbeda oleh dua aliran pemikiran, yaitu rasionalisme dan empirisme.

a.      Objek material
Dalam penelitian ini, peniliti akan membandingkan dua teori yang menjawab pertanyaan “Manakah yang menjadi sumber utama pengetahuan? Apakah dengan mengandalkan rasio atau dengan mengandalkan pancaindra ataukah kedua-duanya.

b.      Objek formal
Penelitian ini dimaksudkan menjawab pertanyaan di atas sehingga mendapatkan jawaban yang pasti apa yang menjadi sumber pengetahuan. Untuk memperoleh jawaban yang pasti itu, peneliti akan membandingkan teori dari kedua tokoh ini.

*      Batasan masalah;
Di sini peneliti memberikan batasan mengenai masalah ini. Peneliti melakukan pembatasan pada tokoh-tokoh yang membahas masalah yang sama. Tokoh-tokoh yang teorinya digunakan dalam penelitian ini yaitu Rene Descartes (kaum rasional), John Locke (kaum empiris), dan Immanuel Kant (sintesa).
Pembatasan ini dilakukan dengan alasan ada beberapa tokoh yang menjawab pertanyaan yang sama dan dari kaum yang sama juga.

Pentingnya dan kegunaan penelitian;
Dalam penelitian pasti ada saja hal-hal yang positif dan negatif yang akan kita peroleh. Hal-hal yang positif antara lain :
1.       Dengan melakukan penelitian, sangat membantu peneliti untuk lebih teliti lagi dalam penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam penelitian berikut.
2.       Dengan penelitian ini, dapat membuka wawasan bagi peneliti dan pembaca khususnya yang tidak belajar filsafat.


Tujuan penelitian;
Suatu penelitian mempunyai tujuan. Tujuan suatu penelitian itu berbeda-beda. Begitu juga dengan penelitian ini mempunyai tujuan, yaitu :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari, mengelola sehingga mendapatkan pemahaman baru mengenai pengetahuan lewat data-data yang ditemui selama penelitian.
*      Inventarisasi:
Dua kaum ini yakni kaum rasionalis dan kaum empiris menjawab pertanyaan yang sama yaitu manakah yang  menjadi sumber pengetahuan?. Masing-masing kaum ini menjawab pertanyaan ini berdasarkan pandangan atau teorinya.
Rene Descartes:
                Inti dari pandangan rasionalisme adalah bahwa hanya dengan menggunakan prosedur tertentu dari akal budi saja kita bisa sampai pada pengetahuan yang sebenarnya, yaitu pengetahuan yang tidak mungkin salah. Menurut kaum rasionalis, sumber satu-satunya, adalah akal budi manusia. Akal budilah yang memberi kita pengetahuan yang pasti benar tentang sesuatu. Konsekuensinya, kaum rasionalis menolak anggapan bahwa kita bisa menemukan pengetahuan menurut pancaindra kita. Bagi kaum ini, akal budi saja sudah cukup memberi pemahaman bagi kita, terlepas dari pancaindra. Dengan demikian, akal budi saja bisa membuktikan bahwa ada dasar bagi pengetahuan kita, bahwa kita boleh merasa pasti dan yakin akan pengetahuan yang kita peroleh.
John Locke:
Sedangkan yang menjadi pandangan kaum empiris adalah paham filosofis yang mengatakan bahwa sumber satu-satunya bagi pengetahuan manusia adalah pengalaman. Yang paling pokok untuk bisa sampai pada pengetahuan yang benar, menurut kaum empiris, adalah data dan fakta yang ditangkap oleh pancaindra kita. Dengan kata lain, satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang diperoleh melalui pengalaman dan pengamatan pancaindra. Maka sumber pengetahuan dan pengamatan pancaindra tersebut yang memberi data dan fakta bagi pengetahuan kita. Semua konsep dan ide yang kita anngap benar sesungguhnya bersumber dari pengalaman kita dengan objek yang kita tangkap melalui pancaindra.

*      Evaluasi kritis:
Berdasarkan data-data tadi (dengan melihat kelebihan dan kekurangan), kita dapat melanjutkan penelitian ini dengan menjawab pertanyaan berikut yakni di antara kedua kelompok ini, manakah yang menjadi sumber utama pengetahuan?
*      Sintesis:
                Dengan membanding-bandingkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, yang menjadi sumber utama pengetahuan adalah berdasarkan rasio dan kegiatan pancaindra. Sumber pengetahuan memiliki landasan yang pasti apabila kita menyandarkan pada rasio dan kegiatan panca indera.
*      Pemahaman baru:
                Setelah melihat perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang tidak terbantahkan lagi adalah pengetahuan yang bersumber pada rasio dan pancaindra. Dengan kata lain bisa dipertanggungjawabkan baik secara rasional maupun empiris.

Informasi yang sudah tersedia;
Ada beberapa teori atau konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.       Konsep pengetahuan menurut kaum rasionalis:
-          Plato
-          Rene Descartes
2.       Konsep pengetahuan menurut kaum empiris:
-          John Locke
-          David Hume
3.       Konsep pengetahuan dari Aristoteles

Hipotesis:
                Harus diakui bahwa kedua aliran pemikiran di atas terlalu bersifat ekstrem. Oleh karena itu, sama-sama setengah benar saja. Artinya, di satu pihak sama-sama benar tetapi di pihak lain sama-sama juga keliru. Sama-sama benar, dalam pengertian bahwa kaum rasionalis benar ketika mengatakan bahwa pengetahuan manusia bersumber dari akal budi manusia. Sebaliknya, kaum empiris juga benar bahwa pengetahuan manusia bersumber pada pengalaman manusia. Keduanya keliru karena terlalu ekstrem menganggap pengetahuan hanya bersumber dari salah satu saja, atau akal budi atau pengalaman indrawi manusia.
                Sintesis antara kedua paham yang berbeda ini, sesungguhnya sampai pada tingkat tertentu telah kita temukan pada Aristoteles. Dengan tegas Aristoteles mengungkapkan sebuah prinsip yang dianggap sebagai dasar paham empiris bahwa “Tidak ada sesuatu pun dalam akal budi yang tidak ada terlebih dahulu dalam indra”. Bagi Aristoteles, pengetahuan manusia tercapai sebagai hasil kegiatan manusia yang mengamati kenyataan yang banyak, lalu menarik unsur-unsur universal dari yang partikular. Jadi, pengetahuan diperoleh dengan jalan abstraksi yang dilakukan atas bantuan akal budi terhadap kenyataan yang bisa diamati. Maka, supaya pengetahuan bisa tercapai dibutuhkan pengamatan maupun akal budi.
                Dalam hal ini, Aristoteles bertolak dari pengamatan dan penelitian aposteriori. Dari penelitian ini, menurut Aristoteles, bisa ditarik prinsip-prinsip umum tertentu yang ditemukan di balik semua fakta dan data yang dilaporkan pancaindra. Prinsip-prinsip ini sekaligus memberi penjelasan mengapa peristiwa tertentu terjadi sebagaimana adanya. Maka, pengetahuan yang diperoleh melalui cara dan proses ini, yang melibatkan pancaindra dan akal budi adalah pengetahuan yang lebih umum dan sekaligus pasti.

Metodologi penelitian;
*      Interpretasi:
            Rene Descartes:
                Sebagai kaum rasionalis yang bersumber pada rasio, Descartes menganggap serius anjuran kaum skeptis supaya kita perlu meragukan semua keyakinan dan pengetahuan kita bahkan kita perlu meragukan apa saja. Bagi Descartes, inilah metode filsafat yang paling tepat. Sasaran utama dari Descartes adalah bagaimana kita bisa sampai pada pengetahuan yang pasti benar. Menurutnya, kita perlu meragukan segala sesuatu sampai kita mempunyai ide yang jelas dan tepat. Dengan kata lain, Descartes menghendaki agar kita meragukan untuk sementara waktu apa saja yang tidak bisa dilihat dengan terang akal budi sebagai yang pasti benar dan tidak diragukan lagi. Ini disebut keraguan metodis, yang berfungsi sebagai alat untuk menyingkirkan semua prasangka, tebakan, dan dugaan yang menipu, dan karenanya mengahalangi kita untuk sampai pada pengetahuan yang benar-benar dasar yang kuat. Baginya, hanya denga cara ini, kita bisa merasa yakin bahwa kita punya pengetahuan. Atas dasar inilah, Descartes beranggapan bahwa hanya dengan akal budi yang dapat membuktikan bahwa dasar bagi pengetahuan manusia, ada dasar untuk merasa pasti dan yakin akan apa yang diketahui.
            John Locke:
                Lewat teorinya, Locke ingin menjawab dua pertanyaan pokok. Pertama, dari mana kita memperoleh ide-ide kita tentang sesuatu. Kedua, apakah kita dapat mengandalkan apa yang ditangkap dengan pancaindra kita untuk bisa sampai pada pengetahuan. Dalam menjawab kedua pertanyaan ini, Locke beranggapan bahwa semua konsep, pemikiran, dan ide kita bersumber dari apa yang ditangkap melalui dan dengan pancaindra.
                Locke membedakan antara dua macam ide; Ide-ide sederhana dan ide kompleks. Ide-ide sederhana adalah ide yang kita tangkap melalui penciuman, penglihatan, rabaan dan semacamnya. Pada saat indra kita menangkap sesuatu objek secara langsung dan spontan, muncul ide-ide sederhana tentang objek itu; besar, panjang, keras dsb. Tetapi, akal budi kita tidak hanya menerima secara pasif ide-ide itu dari luar. Ia kemudian mengolah lebih lanjut ide-ide itu, dengan memikirkan, meragukan, mempertanyakan, menggolongkan, dan mengolah apa yang diberikan pancaindra, dan seterusnya, dan dengan demikian lahirlah refleksi. Refleksi inilah yang memungkinkan adanya ide-ide yang lebih kompleks dari ide-ide sederhana tadi.
                Dengan ini Locke mau mengatkan bahwa yang kita tangkap secara langsung dari pancaindra hanyalah ide-ide sederhana. Baru setelah sekian kali menangkap objek yang sama lalu merenungkan, membandingkan atau merefleksikan, terbentuklah ide yang lebih kompleks tentang objek itu.
              Locke juga membedakan antara sifat atau kualitas primer dari objek dan sifat atau kualitas sekunder. Kualitas primer mencakup berat, gerak dsb. Dalam menangkap kualitas-kualitas ini, pancaindra kita memproduksi sifat atau kualitas objek pada objek itu apa adanya. Sedangkan kualitas sekunder mencakup rasa, warna dsb. Dengan demikian, dalam menangkap kualitas sekunder ini, pancaindra kita hanya memproduksikan sifat atau kualitas luar saja dari objek itu. Dari dua kualitas di atas, Locke mau mengatakan bahwa kita hanya bisa sampai pada pengetahuan yang pasti, tak bisa diragukan, dan bersifat universal dalam kaitan dengan kualitas primer dari objek.
*      Koherensi intern:
                Lewat teori-teori di atas, kedua kaum yakni kaum rasionalis dan kaum empiris berdasarkan pandangan masing-masing. Kaum rasionalis yang berdasarkan pada rasio sedangkan kaum empiris berdasarkan pada pancaindra. Tetapi menjawab pertanyaan yang sama.
*      Bahasa inklusi:
                Teori-teori yang digunakan pada dasarnya sudah menggunakan struktur bahasa yang baik dan benar. Sehingga mempermudah dalam penelitian. Hanya saja ada beberapa istilah yang digunakan, kurang dimengerti karena banyak artinya.


Daftar Pustaka

Buku:
Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2001
Hardiman, F.Budi. Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: Gramedia, 2004
Gallagher, Kenneth. T. Epistemologi Filsafat Pengetahuan, terj. Hardono Hadi. Yogyakarta: Kanisius, 2001
Keraf Sonny dan Dua Mikhael. Ilmu Pengetahuan. Sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta: Kanisius, 2001
Ohoitimur, Jong. Pengantar Berfilsafat, seminari pineleng, 2008
____________    Sejarah Filsafat Barat Modern dari Bacon sampai Nietzche, seminari pineleng, 2007
Zubaedi, Ag. M, dkk. Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, 2002

Internet: